Telah mengabarkan kepada kami {Abu An Nu’man} telah menceritakan kepada kami {Abu ‘Awanah} dari {Al Aswad bin Qais} dari {Nubaih Al ‘Anazi} ia berkata; {Jabir bin Abdullah} berkata; Kami pernah berperang atau mengadakan perjalanan bersama Rasulullah saw. Pada hari itu jumlah kami sebanyak dua ratus sekian orang. Lalu tibalah waktu shalat. Rasulullah saw. bertanya: “Apakah semua orang dalam keadaan suci?” Kemudian datang seseorang membawa jerigen kulit berisi air, dan tidak ada air lagi kecuali air tersebut. Kemudian Rasulullah menuangkannya ke dalam bejana (yang lebih besar) kemudian beliau berwudhu dengan sebaik-baik wudhu, lalu beliau berpaling meninggalkan bejana itu. Maka orang-orang berebut mendekati bejana tersebut, seraya mereka berkata; “Cukup kalian mengusap saja. ” Lalu Rasulullah saw. berkata: “Maaf beri aku jalan”. Rasul ucapkan demikian ketika beliau mendengar mereka berucap di atas. Selanjutnya Rasulullah saw. meletakkan telapak tangannya di air tersebut seraya berucap: Dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian beliau berkata: Sempurnakan wudhu kalian. (Jabir Radhiyallahu’anhu) berkata; Demi Dzat yang tidak mengaburkan penglihatan saya, saya melihat dengan jelas mata air yang keluar dari jari-jari beliau dan beliau tidak mengangkat tangan beliau sampai mereka semua berwudhu.
Sunan Darimi | Hadits No. : 27
Bab : Air Memancar, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Abu Al Walid Al Thayalitsi} dan {Sa’id bin Ar Rabi’} keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami {Syu’bah} dari {Amr bin Murrah} dan {Hushain} keduanya mendengar {Salim bin Abu Ja’d} berkata; saya mendengar {Jabir bin Abdullah} Radhiyallahu’anhu berkata; kami merasa sangat kehausan dan kami berjalan dengan cepat sampai kepada Rasulullah saw., lalu beliau memasukkan tangannya ke periuk kemudian air memancar dari jari-jemari beliau seperti mata air, dan beliau berkata: sebutlah nama Allah Subhanahu wa Ta’ala (maka kamipun menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan kami minum sampai kami kenyang dan cukup, Dalam hadits Amru bin Murrah, kami bertanya kepada Jabir Radhiyallahu’anhu; berapa jumlah kalian (waktu itu)? ia menjawab; kami berjumlah seribu lima ratus orang, kalaupun sekiranya kami (waktu itu) seratus ribu orang niscaya air itu cukup bagi kami.
Sunan Darimi | Hadits No. : 28
Bab : Air Memancar, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Muhammad bin Abdullah Ar Raqqasyi} telah menceritakan kepada kami {Ja’far bin Sulaiman} telah menceritakan kepada kami {Al Ja’du Abu Utsman} telah menceritakan kepada kami {Anas bin Malik} Radhiyallahu’anhu telah menceritakan kepada kami {Jabir bin Abdullah} Radhiyallahu’anhu ia berkata; Para sahabat Rasulullah saw. mengadu kepada beliau tentang rasa haus (yang mereka rasakan) lalu beliau meminta bejana yang besar dan dibagikan air ke dalamnya dan Rasulullah saw. meletakkan tangannya di bejana tersebut. Perawi berkata; aku melihat mata air yang memancar dari jari-jemari Rasulullah saw., orang-orang mengambilnya untuk minum sehingga mereka semuanya dapat meminumnya.
Sunan Darimi | Hadits No. : 29
Bab : Air Memancar, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {‘Ubaidullah bin Musa} dari {Israil} dari {Mansur} dari {Ibrahim} dari {‘Alqamah} dari {Abdullah} ia berkata; Abdullah mendengar tentang gerhana bulan, lalu ia berkata; Kami para sahabat Nabi Muhammad saw. menganggap tanda-tanda (kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala) Sebagai suatu keberkahan sementara kalian menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan. Sesungguhnya ketika kami berada bersama Rasulullah saw. kami tidak memiliki air. Lalu Rasulullah saw. berkata: “Mintalah kepada yang mempunyai kelebihan air. ” Kemudian didatangkan kepada Rasulullah saw. dan beliau pun menuangkannya ke sebuah bejana, beliau meletakkan telapak tangan ke dalamnya maka terpancarlah air dari jari-jemari Rasulullah saw. dan beliau menyeru: Mari bersegera bersuci yang penuh keberkahan, dan keberkahan itu hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu kami meminumnya. Abdullah berkata; Bahkan dulu kami pernah mendengar tasbih suatu makanan padahal ia sedang disantap.
Sunan Darimi | Hadits No. : 30
Bab : Air Memancar, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Muhammad bin Abdullah bin Numair} telah menceritakan kepada kami {Abu Al Jawwab} dari {‘Amar bin Ruzaiq} dari {Al A’masy} dari {Ibrahim} dari {Alqamah} dari {Abdullah} ia berkata; telah terjadi gempa pada masa Abdullah dan kejadian tersebut diberitahukan kepada Abdullah lalu beliau berkata: Kami para sahabat menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala) sebagai suatu keberkahan, sementara kalian menganggapnya sebagai hal yang menakutkan. Pernah ketika kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba waktu shalat tiba, sementara kami tidak membawa air kecuali sedikit. Lalu Rasulullah saw. meminta air di bejana yang besar, dan beliau meletakkan telapak tangannya padanya. Secara mengejutkan air memancar diantara jari-jemarinya kemudian beliau menyeru: “Hai, Kemarilah untuk mengambil air wudhu dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Maka semuanya orang-orang mengambil wudhu sementara saya tidak mempunyai keinginan apa-apa kecuali saya hanya ingin meminumnya dan memasukkan air tersebut ke dalam perut saya karena beliau bersabda: keberkahan dari Allah. Aku ceritakan peristiwa itu kepada {Salim bin Abu Al Ja’d}, maka ia berkata; mereka (waktu itu) berjumlah lima belas orang.
Sunan Darimi | Hadits No. : 31
Bab : Minbar Merintih, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Utsman bin Umar} telah mengabarkan kepada kami {Mu’adz bin Al ‘Ala`} dari {Nafi’} dari {Ibnu Umar} Pada awal mulanya Rasulullah saw. selalu berkhutbah dengan bersandar pada sebatang kayu. Setelah beliau menggunakan mimbar (dan kayu itu tak dipakai lagi), kayu itu merintih sehingga beliau mengelusnya.
Sunan Darimi | Hadits No. : 32
Bab : Minbar Merintih, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Muhammad bin Humaid} telah menceritakan kepada kami {Tamim bin ‘Abdul Mukmin} telah menceritakan kepada kami {Shalih bin Hayyan} telah menceritakan kepadaku {Ibnu Buraidah} dari {ayahnya} ia berkata; Pada awal mulanya Nabi saw. apabila berkhutbah dengan berdiri, dan beliau lama sekali berdiri. Maka hal itu sangat memberatkan beliau. Kemudian didatangkan pelepah kurma, tanah dibuat kubangan, dan pohon kurma itu ditancapkannya di samping Nabi saw. agar beliau pergunakan saat berdiri. Jika nabi berkhutbah dan berdiri lama, beliau bersandar pada batang kurma tersebut. Seorang lelaki yang baru datang ke Madinah melihat kejadian ini, yaitu beliau sedang berdiri di samping batang kurma tersebut. Maka si lelaki itu menyampaikan uneg-unegnya kepada orang-orang di sekelilingnya; “Kalaulah saya tahu bahwa Muhammad akan memujiku karena kulakukan suatu hal yang meringankan bebannya niscaya aku membuatkannya suatu tempat duduk yang dapat beliau pergunakan untuk berdiri, apabila dia suka maka dia dapat duduk dan apabila dia suka dia bisa berdiri di tempat tersebut. ” Lalu perihal tersebut disampaikan kepada Rasulullah saw. dan beliau pun berkata: “Bawa orang tersebut ke hadapanku”. Lalu orang tersebut didatangkan dan diperintahkannya untuk membuatkan tangga yang memiliki tiga atau empat tangga seperti yang sekarang ada pada mimbar Madinah. Rasulullah saw. merasakan kenyamanan dengan hal itu. Tatkala beliau meninggalkan batang pohon tersebut (yang dulu pernah digunakannya) dan bersandar pada mimbar yang dibuat untuknya, Maka batang pohon kurma itu merasa sedih dan merintih sebagaimana rintihan unta tatkala Rasulullah saw. meninggalkannya. Ibnu Buraidhah berkeyakinan dari ayahnya bahwa Nabi saw. ketika mendengarkan rintihan batang kurma tersebut beliau kembali meletakkan tangannya padanya dan berkata: “Pilihlah apakah kamu saya tanam kembali di tempat semula atau saya tanam (nanti) di surga sehingga kamu dapat menghisap dari sungai dan mata airnya yang membuat pertumbuhan kamu menjadi baik dan berbuah, dan sehingga para wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat memakan buah kamu (kurma) maka saya akan melakukannya. ” Ayah Ibnu Buraidah berkeyakinan bahwa dia mendengar dari Nabi saw., beliau berkata kepada batang kurma tersebut: “Baik, telah kulakukan (Nabi mengulangi ucapannya dua kali. ” Lalu Nabi saw. di tanya dan beliau menjawab: batang tersebut memilih agar saya menanamnya di surga nanti.
Sunan Darimi | Hadits No. : 33
Bab : Minbar Merintih, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Muhammad bin Katsir} dari {Sulaiman bin Katsir} dari {Az Zuhri} dari {Sa’id bin Al Musayyib} dari {Jabir bin Abdullah} Radhiyallahu’anhu berkata; Dahulu Rasulullah saw. selalu berdiri dengan bersandar ke batang kurma sebelum dibuatkan mimbar. Ketika dibuatkan mimbar, batang kurma tersebut merintih sampai kami mendengar rintihannya, lalu Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau padanya dan ia pun diam.
Sunan Darimi | Hadits No. : 34
Bab : Minbar Merintih, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Muhammad bin Katsir} telah menceritakan kepada kami {Sulaiman bin Katsir} dari {Yahya bin Sa’id} dari {Hafs bin Ubaidullah} dari {Jabir bin Abdullah} Radhiyallahu’anhu ia berkata; Dahulu Nabi saw. berkhutbah dengan bersandar pada batang kayu, maka tatkala telah dibuatkan mimbar Rasulullah saw. duduk di atasnya, lalu batang kayu tersebut merintih seperti rintihan seekor unta betina, sehingga Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau padanya dan ia pun diam.
Sunan Darimi | Hadits No. : 35
Bab : Minbar Merintih, Penghormatan Allah Kepada Nabi-Nya
Telah mengabarkan kepada kami {Farwah} telah menceritakan kepada kami {Yahya bin Zakaria} dari {ayahnya} dari {Abu Ishaq} dari {Sa’id bin Abu Karb} dari {Jabir bin Abdullah} Radhiyallahu’anhu ia berkata; Batang kayu itu merintih bagaikan rintihan unta betina yang diambil anaknya.