Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dari {Az Zuhri} dari {Abul Ahwash} dari {Abu Dzar} dan sampai kepada Nabi Shallalahu ‘Alaihi Wasallam: “Apabila salah seorang dari kalian berdiri untuk melaksanakan shalat sesungguhnya rahmat sedang mengarah kepadanya, maka janganlah dia mengusap kerikil.”
Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} telah menceritakan kepada kami {Hisyam bin Urwah} dari {Ayahnya} dari {Abu Murah} dari {Abu Dzar} dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Amalan apa yang paling utama?” beliau menjawab: “Beriman kepada Allah Ta’ala dan berjihad di jalan-Nya.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, budak bagaimana yang paling utama?” Beliau menjawab: “Yang paling baik menurut pemiliknya dan yang paling mahal harganya.” Abu Dzar bertanya lagi, “Jika aku tidak mendapatkannya?” Beliau menjawab: “Kamu menolong orang atau kamu mengajari orang yang bodoh.” Abu Dzar bertanya lagi, “Jika aku tidak bisa?” Beliau menjawab: “Cegah dirimu dari menyakiti orang lain karena hal itu menjadi sedekah bagi dirimu.”
Telah menceritakan kepada kami {Harun} telah menceritakan kepada kami {Abdullah bin Wahab} telah mengkabarkan kepadaku {Yunus} dari {Ibnu Syihab} berkata, Aku mendengar {Abul Ahwash} budak bani Laits di majelis Ibnu Musayyab -dan Ibnu Musayyab duduk di majelis itu-, bahwa ia mendengar {Abu Dzar} berkata, “Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian berdiri untuk melaksanakan shalat, sesungguhnya rahmat sedang mengarah kepadanya, maka janganlah dia mengerakkan atau mengusap kerikil.”
Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dari {Al A’masy} dari {Ibrahim At Taimi} dari {Ayahnya} dari {Abu Dzar} dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw., “Masjid apa yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab: “Al Masjidul Haram.” Aku bertanya lagi, “Kemudian masjid apa?” Beliau menjawab: “Masjid Al Aqsha.” Aku bertanya lagi, “Berapa jarak pembangunan antara keduanya?” Beliau menjawab: “Empat puluh tahun.” Kemudian aku bertanya, “Kemudian masjid apa?” Beliau menjawab: “Masjid apa saja di mana kamu mendapatkan waktu shalat maka shalatlah karena semuanya adalah masjid.”
Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} ia berkata, kami mendengarnya dari dua atau tiga orang, telah menceritakan kepada kami {Hakim bin Jubair} dari {Musa bin Thalhah} dari {Ibnu Al Hautakiyah}, “Umar? radliallahu ‘anhu berkata, “Siapa ikut hadir bersama kami pada hari Al Qaahah (nama tempat antara Makkah dan Madinah)?” {Abu Dzar} berkata, “Aku. Rasulullah saw. memerintahkan untuk puasa pada hari-hari bidl, yaitu di tiap pertengahan bulan tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas.”
Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} telah menceritakan kepada kami dari dua orang, yaitu {Musa bin Thalhah} dari {Muhammad bin Abdurrahman} dan {Hakim bin Jubair} dari {Ibnu Hautakiyah} dari {Abu Dzar} ia berkata, “Seseorang berkata kepada Nabi saw., lalu beliau memerintahkannya untuk berpuasa di tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas.”
Telah menceritakan kepada kami {Sufyan} ia mendengar {Muhammad bin Sa`ib bin Barakah} dari {Amru bin Maimun} dari {Abu Dzar} ia berkata, “Aku berjalan di belakang Rasulullah saw., beliau lalu bertanya: “Apakah engkau mau simpanan dari simpanan-simpanan Surga?” Abu Dzar menjawab, “Tentu.” Beliau bersabda: “Bacalah ‘LAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah) ‘.”
Telah menceritakan kepada kami {Abdullah bin Idris} ia berkata, Aku mendengar {Al ‘Ajlah} dari {Ibnu Buraidah} dari {Abul Al Aswad Ad Dili} dari {Abu Dzar} ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya yang paling baik untuk kalian gunakan mewarnai uban adalah Al Hanna’ (semir) dan Al Katam (sejenis tumbuhan untuk pewarna).”
Telah menceritakan kepada kami {Abdurrazaq} telah mengabarkan kepada kami {Ma’mar} dari {Sa’id Al Jurairi} dari {Abdullah bin Buraidah Al Aslami} dari {Abul Aswad} dari {Abu Dzar} ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya yang paling baik untuk kalian gunakan mewarnai uban adan Al Hanna’ (semir) dan Al Katam (sejenis tumbuhan untuk pewarna).”
Telah menceritakan kepada kami {Isma’il} telah menceritakan kepada kami {Al Jurairi} dari {Abu Salil} dari {Nu’aim bin Qa’nab Ar Riyahi} dia berkata, “Aku datang menemui {Abu Dzar} namun tidak mendapatkannya, lalu aku melihat seorang wanita, maka aku pun menanyakannya kepadanya, wanita itu menjawab, “Dia ada di kebunnya.” Kemudian dia datang dengan menuntun dua ekor unta yang salah satunya diikatkan kepada yang lainnya, dan pada masing-masing leher unta terdapat geriba. Abu Dzar lalu meletakkan kedua geriba tersebut, aku berkata, “Wahai Abu Dzar, tidak ada seseorang yang lebih aku senangi untuk aku temui selain kamu, dan tidak ada seseorang yang lebih aku benci untuk aku temui selain kamu.” Dia menjawab; “Demi Allah, kenapa bisa demikian? ‘ Nu’aim berkata, “Aku lalu berkata, ‘Pada masa Jahiliyah aku pernah mengubur hidup-hidup anak perempuanku, maka dengan pertemuan ini saya berharap kamu dapat memberitahukan bahwa ada taubat dan solusi untukku, dan saya khawatir dengan pertemuan ini kamu memberitahukan bahwa tidak ada taubat bagiku.” kemudian Abu Dzar bertanya, “Apakah itu di masa Jahiliyah?” Aku menjawab, “Ya.” Kemudian Abu Dzar berkata, “Allah telah memaafkan apa yang telah dilakukan pada masa lalu (Jahiliyah), ” Lalu dia melongokkan kepalanya kepada isterinya agar menyiapkan makanan untukku, namun isterinya menolak, maka dia memerintahkannya lagi tapi dia tetap menolak sehingga suara keduanya mengeras, ” Abu Dzar berkata, “Hai..menjauhlah engkau dari kami! Sesungguhnya kamu tidak akan meleset dari apa yang telah Rasulullah saw. sampaikan kepada kami tentang kalian (para wanita).” Maka aku pun bertanya, “Apa yang telah Rasulullah saw. sampaikan kepada kalian tentang mereka (para wanita itu)?” Abu Dzar lalu menyebutkan, “Wanita itu ibarat tulang rusuk, jika kamu luruskan berarti kamu mematahkannya, namun jika kamu biarkan maka padanya ada bengkok (keburukan) dan ada kebaikan.” Kemudian isterinya pergi dan kembali lagi dengan membawa bubur seperti burung, Abu Dzar lalu berkata, “Makanlah dan aku tidak bermaksud menakutimu karena aku sedang berpuasa.” Kemudian Abu Dzar bangkit melaksanakan shalat dengan menyempurnakan rukuk dan meringankan shalatnya, aku melihat dia memperhatikanku apakah aku kenyang atau mendekat kepadanya, kemudian dia datang dan meletakkan tangannya kepadaku. Maka aku pun mengucapkan, “Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya).” Abu Dzar lantas bertanya, “Ada apa denganmu?” Aku menjawab, “Orang yang aku khawatirkan akan berbohong kepadaku namun aku tidak khawatir bahwa kamu akan berbohong kepadaku.” Abu Dzar lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah berbohong kepadamu sejak aku bertemu denganmu.” Nu’aim lantas berkata, “Bukankah kamu telah memberitahukan kepadaku bahwa kamu sedang berpuasa, namun kemudian aku melihatmu makan?” Abu Dzar menjawab, “Ya, aku berpuasa tiga hari di bulan ini maka patutlah pahalanya bagiku dan dihalalkan bagiku untuk makan bersamamu.”