Telah menceritakan kepada kami {Abdullah bin Maslamah} dari {Malik} dari {Ibnu Syihab} dari {Urwah bin Az Zubair} dari {‘Aisyah radliallahu ‘anha} ia berkata, “Tidaklah Rasulullah saw. diberi dua pilihan kecuali beliau memilih yang paling mudah dari keduanya selama tidak termasuk dosa. Jika hal itu bagian dari dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhi dosa di antara manusia. Dan Rasulullah saw. tidak pernah merasa dendam untuk dirinya kecuali jika itu berhubungan dengan pelanggaran terhadap kehormatan Allah, maka beliau dendam karena Allah.”
Telah menceritakan kepada kami {Musaddad} berkata, telah menceritakan kepada kami {Yazid bin Zurai’} berkata, telah menceritakan kepada kami {Ma’mar} dari {Az Zuhri} dari {Urwah} dari {‘Aisyah} ia berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah memukul budak atau seorang wanita sama sekali.”
Telah menceritakan kepada kami {Ya’qub bin Ibrahim} berkata, telah menceritakan kepada kami {Muhammad bin ‘Abdurrahman Ath Thufawi} dari {Hisyam bin Urwah} dari {Bapaknya} dari {Abdullah} -maksudnya Abdullah bin Az Zubair- tentang firman Allah: ‘(dan berikanlah maaf) ‘ -Qs. Al A’raf: 177-, ia berkata, “Nabi saw. diperintahkan untuk selalu memberi maaf kepada manusia dengan berbagai macam akhlaknya.”
Telah menceritakan kepada kami {Utsman bin Abu Syaibah} berkata, telah menceritakan kepada kami {Abdul Hamid} -maksudnya Abdul Hamid Al Himani- berkata, telah menceritakan kepada kami {Al A’masy} dari {Muslim} dari {Masruq} dari {‘Aisyah radliallahu ‘anha} ia berkata, “Ketika sampai kepada Nabi saw. berita bahwa ada seseorang yang mengatakan sesuatu, beliau tidak pernah mengatakan: “Mengapa si Fulan mengatakan demikian?” tetapi beliau mengatakan: “Mengapa orang-orang suka mengatakan begini dan begini?”
Telah menceritakan kepada kami {Ubaidullah bin Umar bin Maisarah} berkata, telah menceritakan kepada kami {Hammad bin Zaid} berkata, telah menceritakan kepada kami {Salm Al ‘Alawi} dari {Anas} berkata, “Seorang laki-laki masuk menemui Rasulullah saw., sementara pada dirinya ada sisa-sisa warna kuning (za’faran), dan jarang sekali Rasulullah saw. menerima seseorang dengan raut muka yang tidak bersahabat karena sesuatu yang ia benci. Ketika laki-laki itu pergi beliau bersabda: “jikalau kalian suruh laki-laki itu untuk membersihkan warna itu darinya.” Abu Dawud berkata, “Salm bukan seorang ‘Alawi (keturunan Ali radliallahu ‘anhu), tetapi ia adalah seseorang yang suka melihat dengan bintang. Ia pernah bersaksi di sisi Adi bin Arthah bahwa ia melihat Hilal, namun Adi bin Arthah tidak menganggap kesaksiannya.”
Telah menceritakan kepada kami {Nashr bin Ali} ia berkata; telah mengabarkan kepadaku {Abu Ahmad} berkata, telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dari {Al Hajjaj bin Furafishah} dari {seorang laki-laki} dari {Abu Salamah} dari {Abu Hurairah}. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami {Muhammad Ibnul Mutawakkil Al ‘Asqalani} berkata, telah menceritakan kepada kami {Abdurrazaq} berkata, telah mengabarkan kepada kami {Bisyr bin Rafi’} dari {Yahya bin Abu Katsir} dari {Abu Salamah} dari {Abu Hurairah} keduanya telah memarfu’kan hadits ini, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda: “Seorang mukmin itu baik lagi dermawan (tidak kikir), dan orang Fajir adalah seorang yang jahat lagi bakhil.”
Telah menceritakan kepada kami {Musaddad} berkata, telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dari {Ibnul Munkadir} dari {urwah} dari {‘Aisyah} ia berkata, “Seorang laki-laki minta izin kepada Nabi saw., beliau lalu bersabda: “Ia adalah orang yang jelek dalam kaumnya, atau beliau mengatakan, “Ia adalah laki-laki jelek dalam kaumnya.” Setelah itu beliau mengatakan: “Biarkan ia masuk.” Dan ketika laki-laki tersebut telah masuk, beliau melembutkan tutur katakanya kepada laki-laki itu. ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau melembutkan tutur kata kepadanya?, padahal engkau telah mengatakan tentang orang itu sebagaimana yang telah engkau katakan?” beliau menjawab: “Seburuk-buruk manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan oleh manusia karena ingin menghindari keburukkannya.”
Telah menceritakan kepada kami {Musa bin Isma’il} berkata, telah menceritakan kepada kami {Hammad} dari {Muhammad bin Amru} dari {Abu Salamah} dari {‘Aisyah radliallahu ‘anha} ia berkata, “Seorang laki-laki minta izin kepada Nabi saw., lalu Nabi saw. bersabda: “Ia adalah sejelek-jelek saudara dalam kaumnya.” Maka ketika laki-laki itu masuk, Rasulullah saw. berbicara dengannya dan menampakkan wajah keceriaan. Ketika laki-laki itu telah keluar, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau izinkan ia masuk, padahal sebelum itu engkau mengatakan ‘Ia adalah sejelek-jelek saudara dalam kaumnya’? Dan ketika ia telah masuk wajahmu ceria?” beliau lalu menjawab: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang keji dan ucapan keji.” Telah menceritakan kepada kami {Abbas Al Anbari} berkata, telah menceritakan kepada kami {Aswad bin Amir} berkata, telah menceritakan kepada kami {Syarik} dari {Al A’masy} dari {Mujahid} dari {‘Aisyah} tentang kisah ini, ia berkata, “Nabi saw. bersabda: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang diberi kemuliaan agar mereka (manusia) bisa terhindar dari keburukkan lisannya.”
Telah menceritakan kepada kami {Ahmad bin Mani’} berkata, telah menceritakan kepada kami {Abu Qathn} berkata, telah mengabarkan kepada kami {Mubarak} dari {Tsabit} dari {Anas} ia berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang sedang berbisik dengan Rasulullah saw. kemudian beliau menjauhkan kepalanya, sehingga orang tersebut-lah yang menjauhkan sendiri kepalanya. Dan aku juga tidak pernah melihat seorang pun yang menjabat tangan Rasulullah saw. kemudian beliau melepas tangannya, sehingga orang tersebut-lah yang melepaskan tangannya sendiri.”
Telah menceritakan kepada kami {Al Qa’nabi} dari {Malik} dari {Ibnu Syihab} dari {Salim bin Abdullah} dari {Ibnu Umar} bahwa Nabi saw. pernah melewati seorang laki-laki Anshar yang sedang menasihati saudaranya karena sikap malu. Rasulullah saw. kemudian bersabda: “Biarkanlah ia, sesungguhnya malu itu bagian dari iman.”