Telah menceritakan kepada kami {Musa bin Isma’il} telah menceritakan kepada kami {Abdul Wahid} telah menceritakan kepada kami {‘Ashim Al Ahwal} dia berkata, aku bertanya kepada {Anas bin Malik} ra. mengenai qunut dalam shalat, Anas menjawab, “Benar.” Aku bertanya lagi, “Apakah dilaksanakan sebelum rukuk atau setelahnya?” Anas menjawab, “Sebelum rukuk.” Aku lalu berkata, “Sesungguhnya fulan mengabarkan kepadaku bahwa anda mengatakan setelah rukuk!” Anas menjawab, “Dia telah berdusta! Rasulullah saw. pernah melaksanakan qunut setelah rukuk selama sebulan, yaitu ketika beliau mengutus sekelompok sahabatnya yang disebut Qurra’ (orang yang ahli dalam al Qur’an), mereka berjumlah tujuh puluh orang, mereka diutus kepada sekelompok orang dari kaum Musyrikin, sementara antara kaum tersebut dengan Rasulullah saw. ada perjanjian, namun kaum yang ada perjanjian dengan Rasulullah saw. mengkhianatinya, maka Rasulullah saw. mengerjakan qunut setelah rukuk selama sebulan untuk mendo’akan kebinasaan atas mereka.”
Telah menceritakan kepada kami {Ya’qub bin Ibrahim} telah menceritakan kepada kami {Yahya bin Sa’id} dari {‘Ubaidullah} dia berkata, telah mengabarkan kepadaku {Nafi’} dari {Ibnu Umar} ra.ma bahwa Nabi saw. pernah mendapatinya dalam barisan perang Uhud ketika berusia empat belas tahun, namun beliau tidak mengizinkannya, dan kemudian beliau kembali menemukannya dalam barisan perang Khandaq, ketika ia berusia lima belas tahun, beliau akhirnya mengizinkannya.”
Telah menceritakan kepadaku {Qutaibah} telah menceritakan kepada kami {Abdul Aziz} dari {Abu Hazim} dari {Sahl bin Sa’d} ra., dia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah saw. pada perang Khandaq, sementara para sahabat tengah menggali parit, sedangkan kami yang mengangkuti tanah di atas pundak kami. Rasulullah saw. kemudian bersabda: “Ya Allah, tidak ada kehidupan (yang hakiki) kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Muhajirin dan Anshar.”
Telah menceritakan kepadaku {Abdullah bin Muhammad} telah menceritakan kepada kami {Mu’awiyah bin ‘Amru} telah menceritakan kepada kami {Abu Ishaq} dari {Humaid} aku mendengar {Anas} ra. berkata, “Rasulullah saw. keluar menuju khandaq (parit), sementara kaum Muhajirin dan Anshar tengah menggali parit dipagi hari yang sangat dingin, sementara mereka tidak memiliki budak-budak yang membantu mereka bekerja, ketika beliau melihat mereka kepayahan dan kelaparan, beliau bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya kehidupan (yang hakiki) adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.” Mendengar itu, para sahabat menjawab, “Kami adalah orang-orang yang telah berba’iat kepada Muhammad atas Jihad, dan kami masih tetap seperti itu selama-lamanya.”
Telah menceritakan kepada kami {Abu Ma’mar} telah menceritakan kepada kami {Abdul Warits} dari {Abdul Aziz} dari {Anas} ra., dia berkata, “Ketika kaum Muhajirin dan Anshar tengah menggali parit di sekeliling Madinah, dan memikul tanah di atas pundak-pundak, mereka bersenandung, “Kami adalah orang-orang yang telah berbai’at kepada Muhamamd atas Islam, dan kami masih tetap seperti itu selama-lamanya.” Anas melanjutkan, “Ketika Nabi saw. mendengar itu, maka beliau membalasnya: “Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kebaikan (yang hakiki) kecuali kebaikan akhirat, maka berkahilah kaum Anshar dan Muhajirin.”
Telah menceritakan kepada kami {Khallad bin Yahya} telah menceritakan kepada kami {Abdul Wahid bin Aiman} dari {Ayahnya} dia berkata, aku pernah menemui {Jabir} ra., “Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi saw., mereka berkata, “Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali parit, lalu beliau bersabda: “Aku sendiri yang akan turun.” Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), semntara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar). Semenjak tiga hari kami lalu tanpa ada makanan yang dapat kami rasakan, lalu Nabi saw. mengambil kampak dan memukulkan pada batu tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan -atau hancur-. Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk ke rumah.” Setelah itu kukatakan kepada isteriku, “Aku melihat pada diri Nabi saw. sesuatu yang aku sendiri tidak tega melihatnya, apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)?” isteriku menjawab, “Aku memiliki gandum dan anak kambing.” Kemudian ia meyembelih anak kambing tersebut dan membuat adonan gandum hngga menjadi makanan dalam tungku, setelah itu aku menemui Nabi saw., sementara adonan mulai matang, dan periuk berada diantara dua tungku api dan hampir masak, maka aku berkata, “Aku memiliki sedikit makanan, ” maka berdirilah wahai Rasulullah saw. bersama dengan satu atau dua orang saja. Beliau bersabda: “Untuk berapa orang?” Lalu aku memberitahukan kepada beliau, beliau bersabda: “Tidak mengapa orang banyak untuk datang.” Beliau bersabda lagi: “Katakan kepada isterimu, jangan ia angkat periuknya dan adonan roti dari tungku api hingga aku datang.” Setelah itu beliau bersabda: “Bangunlah kalian semua.” Bergegas kaum Muhajirin dan Anshar berdiri berangkat, ketika Jabir menemui Isterinya, dia berkata, “Waduh, Nabi saw. telah datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang bersama mereka.” Isteri Jabir berkata, “Memang beliau (Rasulullah) memintamu yang demikian?” Jabir menjawab, “Ya, begitu.” Lalu Rasulullah berkata: “Masuklah dan jangan berdesak-desakan.” Kemudian Rasulullah mencuil-cuil roti dan ia tambahkan dengan daging, dan ia tutup periuk dan tungku api. Selanjutnya beliau ambil dan beliau dekatkan kepada para sahabatnya. Lantas beliau ambil kembali periuk itu dan terus menerus beliau lakukan antara mencuili roti dan menciduknya hingga semua sahabat kenyang dan masih menyisakan sisa. Setelah itu beliau bersabda: “Sekarang makanlah engkau (maksudnya isteri Jabir) dan kalau bisa, hadiahkanlah kepada yang lain, sebab orang-orang, banyak yang masih kelaparan.”
Telah menceritakan kepadaku {‘Amru bin Ali} telah menceritakan kepada kami {Abu ‘Ashim} telah mengabarkan kepada kami {Hanzhalah bin Abu Sufyan} telah mengabarkan kepada kami {Sa’id bin Mina’} dia berkata, aku mendengar {Jabir bin Abdullah} ra.ma berkata, “Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah saw. dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya, ‘Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah saw. sedang lapar.’ Maka dikeluarkannya suatu karung, di dalamnya terdapat satu sha’ (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung. Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah saw. Isteriku berkata kepadaku, ‘Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah saw. dan para sahabat beliau.’ Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya, ‘Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan segantang gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.’ Maka Rasulullah saw. berteriak: ‘Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!” Rasulullah saw. lalu berkata kepada Jabir: ‘Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang.’ Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata, ‘Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini! ‘ Jawabku, ‘Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.’ Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian nabi meludahi adonan itu untuk memberi keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendo’akan keberkahan kepadanya, sesudah itu beliau berkata kepada isteriku: ‘Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu. ‘Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula.”
Telah menceritakan kepadaku {Utsman bin Abu Syaibah} telah menceritakan kepada kami {‘Abdah} dari {Hisyam} dari {Ayahnya} dari {‘Aisyah} ra. mengenai ayat: ‘(ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka) ‘ (Qs. Al Ahzab: 10), dia berkata, “Hal itu terjadi ketika perang Khandaq.”
Telah menceritakan kepada kami {Muslim bin Ibrahim} telah menceritakan kepada kami {Syu’bah} dari {Abu Ishaq} dari {Al Barra`} ra. dia berkata, “Nabi saw. ikut mengangkuti tanah pada perang Khandaq, hingga perutnya penuh debu -atau perutnya berdebu-, beliau bersabda: ‘Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya.’ Beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suaranya.”
Telah menceritakan kepada kami {Musaddad} telah menceritakan kepada kami {Yahya bin Sa’id} dari {Syu’bah} dia berkata, telah menceritakan kepadaku {Al Hakam} dari {Mujahid} dari {Ibnu Abbas} ra.ma dari Nabi saw., beliau bersabda: “Aku ditolong dengan bantuan angin (yang bertiup dari timur) sedangkan kaum ‘Aad dihancurkan dengan angin (yang bertiup dari barat).”