Kitab 8 : Haji #182 Hadist

×

Muwattha Malik | Hadits No. : 717

Bab : Lari-Lari Kecil Ketika Thawaf

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَكَانَ إِذَا أَحْرَمَ مِنْ مَكَّةَ لَمْ يَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ حَتَّى يَرْجِعَ مِنْ مِنًى وَكَانَ لَا يَرْمُلُ إِذَا طَافَ حَوْلَ الْبَيْتِ إِذَا أَحْرَمَ مِنْ مَكَّةَ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Nafi’} berkata, “Jika {Abdullah bin Umar} melakukan ihram dari Makkah, maka ia tidak melakukan thawaf di Baitullah dan sa’I antara Shafa dan Marwa hingga ia kembali dari Mina. Dia juga tidak berlari-lari kecil saat berthawaf di Ka’bah jika ia melakukan ihramnya dari Makkah.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 718

Bab : Melakukan “Istilam” Ketika Thawaf

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ كَيْفَ صَنَعْتَ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ فِي اسْتِلَامِ الرُّكْنِ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ اسْتَلَمْتُ وَتَرَكْتُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَبْتَ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Hisyam bin Urwah} dari {Bapaknya} ia berkata, “Rasulullah saw. bertanya kepada Abdurrahman bin Auf: “Bagaimana kamu melakukannya saat mengusap rukun, wahai Abu Abdurrahman?” dia menjawab; “Saya mengusapnya kemudian meninggalkannya.” Rasulullah saw. bersabda: “Kamu benar.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 719

Bab : Melakukan “Istilam” Ketika Thawaf

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ أَنَّ أَبَاهُكَانَ إِذَا طَافَ بِالْبَيْتِ يَسْتَلِمُ الْأَرْكَانَ كُلَّهَا وَكَانَ لَا يَدَعُ الْيَمَانِيَ إِلَّا أَنْ يُغْلَبَ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Hisyam bin Urwah} bahwa jika {Bapaknya} melakukan thawaf di ka’bah, maka bapaknya mengusap semua rukun, dan tidak meninggalkan rukun Yamani kecuali kesulitan melakukannya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 720

Bab : Mencium Hajar Aswad

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِقَالَ وَهُوَ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ لِلرُّكْنِ الْأَسْوَدِ إِنَّمَا أَنْتَ حَجَرٌ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ ثُمَّ قَبَّلَهُ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari {Hisyam bin Urwah} dari {Bapaknya} berkata, ” {Umar bin al Khatthab} pernah berkata tatkala sedang melakukan thawaf di ka’bah -saat berada di Hajar Aswad-, ‘Kamu hanyalah sebuah batu, kalau bukan karena saya melihat Rasulullah saw. menciummu, maka saya tidak akan menciummu.’ Kemudian dia menciumnya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 721

Bab : Dua Rakaat Thawaf

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِأَنَّهُ كَانَ لَا يَجْمَعُ بَيْنَ السُّبْعَيْنِ لَا يُصَلِّي بَيْنَهُمَا وَلَكِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي بَعْدَ كُلِّ سُبْعٍ رَكْعَتَيْنِ فَرُبَّمَا صَلَّى عِنْدَ الْمَقَامِ أَوْ عِنْدَ غَيْرِهِ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari {Hisyam bin Urwah} dari {Bapaknya} bahwasanya ia tidak pernah menggabungkan dua kali tujuh putaran tanpa mengerjakan shalat di antara keduanya. Tetapi ia selalu mengerjakan shalat dua rakaat setiap kali selesai tujuh putaran, baik ia mengerjakannya di Maqam Ibrahim atau di tempat lainnya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 722

Bab : Shalat Setelah Subuh dan Setelah ‘Ashr Ketika Thawaf

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَبْدٍ الْقَارِيَّ أَخْبَرَهُأَنَّهُ طَافَ بِالْبَيْتِ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَضَى عُمَرُ طَوَافَهُ نَظَرَ فَلَمْ يَرَ الشَّمْسَ طَلَعَتْ فَرَكِبَ حَتَّى أَنَاخَ بِذِي طُوًى فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ الطَّوَافِ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari {Ibnu Syihab} dari {Humaid bin Abdurrahman bin Auf} bahwa {Abdurrahman bin Abd Al Qari} mengabarkan kepadanya, bahwa ia pernah melaksanakan thawaf di Ka’bah bersama {Umar bin al Khatthab} setelah shalat shubuh. Selesai melaksanakan thawaf Umar melihat ke sekelilingnya dan ternyata matahari belum terbit, maka ia menaiki kendaraannya hingga mendekati Dzu Thuwa, kemudian ia shalat sunnah thawaf sebanyak dua rakaat.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 723

Bab : Shalat Setelah Subuh dan Setelah ‘Ashr Ketika Thawaf

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ أَنَّهُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍيَطُوفُ بَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَدْخُلُ حُجْرَتَهُ فَلَا أَدْرِي مَا يَصْنَعُ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Abu Az Zubair Al Maki} berkata, “Saya melihat {Abdullah bin Abbas} melakukan thawaf setelah shalat Ashar kemudian masuk ke dalam biliknya. Saya tidak tahu apa yang sedang dia kerjakan.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 724

Bab : Shalat Setelah Subuh dan Setelah ‘Ashr Ketika Thawaf

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ أَنَّهُ قَالَلَقَدْ رَأَيْتُ الْبَيْتَ يَخْلُو بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَبَعْدَ صَلَاةِ الْعَصْرِ مَا يَطُوفُ بِهِ أَحَدٌ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Abu Az Zubair Al Maki} berkata, “Saya melihat Ka’bah kosong setelah shalat shubuh dan setelah shalat ashar. Tidak ada seorang pun yang melaksanakan thawaf di sekelilingnya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 725

Bab : Meninggalkan Baitullah

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَلَا يَصْدُرَنَّ أَحَدٌ مِنْ الْحَاجِّ حَتَّى يَطُوفَ بِالْبَيْتِ فَإِنَّ آخِرَ النُّسُكِ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِقَالَ مَالِك فِي قَوْلِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَإِنَّ آخِرَ النُّسُكِ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ إِنَّ ذَلِكَ فِيمَا نُرَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ لِقَوْلِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى{ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ }وَقَالَ{ ثُمَّ مَحِلُّهَا إِلَى الْبَيْتِ الْعَتِيقِ }فَمَحِلُّ الشَّعَائِرِ كُلِّهَا وَانْقِضَاؤُهَا إِلَى الْبَيْتِ الْعَتِيقِ

Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari {Nafi’} dari {Abdullah bin Umar} berkata, ” {Umar bin al Khatthab} berkata; “Jangan sekali-kali seseorang itu pulang dari haji hingga dia mengerjakan thawaf di Ka’bah, karena akhir manasik itu adalah thawaf di Ka’bah.” Berkenaan dengan perkataan Umar ‘Akhir manasik itu adalah thawaf di Ka’bah’, Malik berkata, “Itu adalah pendapat yang kami pegang, wallahu a’lam. Hal ini sesuai dengan firman Allah Tabaraka Wa Ta’ala: ‘Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.’ -Qs. Al Haj; 32- dan firman Allah: ‘Kemudian tempat wajib (serta akhir masa) menyembelihnya ialah setelah sampai ke Baitul Atiq (Baitullah) ‘ -Qs. Al haj; 33- maka selesai dan batas akhir dari semua itu adalah baitul ‘atiq (baitullah) .”

Muwattha Malik | Hadits No. : 726

Bab : Meninggalkan Baitullah

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِرَدَّ رَجُلًا مِنْ مَرِّ الظَّهْرَانِ لَمْ يَكُنْ وَدَّعَ الْبَيْتَ حَتَّى وَدَّعَ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari {Yahya bin Sa’id} bahwa {Umar bin al Khatthab} menyuruh seorang laki-laki dari Mari Zhuhran yang belum melakukan thawaf wada’ untuk kembali lagi (ke Makkah) hingga orang tersebut melakukan thawaf.”