Telah menceritakan kepada kami {Muhammad bin Salam} telah mengabarkan kepada kami {Abdul Wahhab} dari {Khalid Al Khaddza`} dari {Anas bin Sirin} dari {Anas bin Malik} ra. bahwa Rasulullah saw. pernah mengunjungi rumah milik orang Anshar, lalu beliau makan bersama mereka, ketika beliau hendak keluar, beliau diminta supaya tetap tinggal di rumah tersebut, lalu beliau memercikkan air di atas tikar setelah itu beliau shalat dan mengajak mereka shalat (berjama’ah).”
Telah menceritakan kepada kami {Abdullah bin Muhammad} telah menceritakan kepada kami {Abdush Shamad} dia berkata; telah menceritakan kepadaku {Ayahku} dia berkata; telah menceritakan kepadaku {Yahya bin Abu Ishaq} dia berkata; {Salim bin Abdullah} berkata kepadaku; “Apakah istabraq itu?” aku menjawab; “yaitu kain sutera yang agak tebal dan kasar.” Salim berkata; saya mendengar {Abdullah} berkata; “Umar pernah melihat seorang laki-laki mengenakan baju sutera dari istabraq (sutera tebal), lalu dia datang kepada Nabi saw. dan berkata; “Wahai Rasulullah, Alangkah bagusnya jika Anda membelinya untuk Anda pakai saat menerima para utusan yang datang kepada Anda.” Maka beliau menjawab: ‘Yang memakai sutera ini hanyalah orang yang tidak mendapat bagian di akhirat. Tidak berapa lama dari peristiwa itu, Nabi saw. mengutus seseorang untuk memberi kain sutera tersebut kepada Umar, lalu Umar mendatangi Nabi saw. dengan membawa kain tersebut sambil berkata; “”Ya Rasulullah! Bagaimana anda mengutus seseorang untuk memberiku kain sutera ini, padahal Anda telah berkata kepadaku tentang baju ini?” beliau menjawab: ‘Aku tidak mengirimkannya kepadamu kecuali supaya kamu mendapatkan hasil (menjualnya).” Sedangkan Ibnu Umar sangat membenci corak yang terdapat dalam baju karena hadits ini.”
Telah menceritakan kepada kami {Musaddad} telah menceritakan kepada kami {Yahya} dari {Humaid} dari {Anas} dia berkata; Abdurrahman datang kepada kami, lalu Nabi saw. mempersaudarakan antara dia dengan Sa’d bin Ar Rabi’. Lalu Nabi saw. bersabda: “Adakanlah walimah walau dengan seekor domba.”
Telah menceritakan kepada kami {Muhammad bin Shabbah} telah menceritakan kepada kami {Isma’il bin Zakariya`} telah menceritakan kepada kami {‘Ashim} dia berkata; saya bertanya kepada {Anas bin Malik}; “Apakah telah sampai kepadamu bahwa Nabi saw. bersabda: “Tidak ada perjanjian menjalin persahabatan dalam Islam?” Anas menjawab; “Sungguh Nabi saw. pernah menjalin persahabatan antara orang Quraisy dan orang-orang Anshar di rumahku.”
Telah menceritakan kepada kami {Hibban bin Musa} telah mengabarkan kepada kami {Abdullah} telah mengabarkan kepada kami {Ma’mar} dari {Az Zuhri} dari {‘Urwah} dari {Aisyah} ra. bahwa Rifa’ah Al Qaradhi telah menceraikan isterinya setelah perceraiannya berlalu, Abdurrahman bin Zubair menikahi isterinya Rifa’ah. Lalu isterinya Rifa’ah datang kepada Nabi saw., Aisyah melanjutkan; “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya wanita tersebut adalah isterinya Rifa’ah, Rifa’ah menceraikannya hingga jatuh talak tiga. Setelah itu, isterinya Rifa’ah menikah dengan Abdurrahman bin Az Zubair. Dan dia, demi Allah wahai Raulullah, tidaklah bersamanya melainkan seperti ujung kain yang ini.” -sambil mengambil ujung jilbabnya- Urwah melanjutkan; “waktu itu Abu Bakar duduk di sisi Nabi saw. sementara Khalid bin Sa’id duduk di depan pintu kamar, supaya ia diizinkan masuk, segera ia memanggil Abu Bakar dan berkata; “Wahai Abu Bakar, apakah kamu tidak menghardik apa yang telah ia katakan dengan lancang di sisi Rasulullah saw.?” Rasulullah saw. tersenyum seraya bersabda: “Sepertinya engkau hendak kembali kepada Rifa’ah. Tidak, hingga engkau merasakan madunya Abdurrahman bin Az Zubair dan dia merasakan madumu.”
Telah menceritakan kepada kami {Isma’il} telah menceritakan kepada kami {Ibrahim} dari {Shalih bin Kaisan} dari {Ibnu Syihab} dari {Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khatthab} dari {Muhammad bin Sa’d} dari {Ayahnya} dia berkata; “Umar bin Khatthab ra. pernah meminta izin kepada Rasulullah saw., (saat itu) di dekat beliau ada beberapa wanita Quraisy yang sedang berbicara panjang lebar dan bertanya kepada beliau dengan suara yang lantang. Ketika Umar meminta izin kepada beliau, mereka segera berhijab (bersembunyi di balik tabir), lalu Nabi saw. mempersilahkan Umar untuk masuk. Ketika Umar masuk Rasulullah saw. tertawa sehingga Umar berkata; “Demi ayah dan ibuku, apa yang membuat anda tertawa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda; “Aku heran dengan mereka yang ada di sisiku, ketika mendengar suaramu mereka segera berhijab.” Umar berkata; “Anda adalah orang yang lebih patut untuk disegani wahai Rasulullah!. Kemudian Umar menghadapkan ke arah wanita tersebut dan berkata; “Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi hawa nafsunya sendiri, apakah kalian segan denganku sementara kalian tidak segan kepada Rasulullah saw.?” Kami pun menjawab; “Karena kamu adalah orang yang lebih keras dan lebih kaku dari Rasulullah saw.” Rasulullah saw. bersabda: “Biarlah wahai Ibnul Khatthab, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, selamanya syetan tidak akan bertemu denganmu di satu jalan yang kamu lewati melainkan syetan akan melewati jalan selain jalanmu.”
Telah menceritakan kepada kami {Qutaibah bin Sa’id} telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dari {‘Amru} dari {Abu ‘Abbas} dari {Ibnu Umar} dia berkata; “Ketika Rasulullah saw. berada di Tha`if (mengepung penduduk Tha`if), beliau bersabda: “Insya Allah besok kita akan kembali pulang.” Para sahabat bertanya; “Kami tidak akan berhenti (mengepung) atau kita akan menaklukkannya?” Maka Nabi saw. bersabda: “Kalau begitu, pergilah kalian besok pagi untuk memerangi mereka.” Keesokan harinya mereka berangkat dan berperang dengan peperangan yang dahsyat sehingga mereka banyak yang terluka. Lantas Rasulullah saw. bersabda: “Besok kita akan kembali pulang.” Abdullah bin ‘Amru berkata; “Merekapun diam dan Rasulullah saw. tertawa.” {Al Humaidi} berkata; telah menceritakan kepada kami {Sufyan} dengan semua cerita hadits tersebut.”
Telah menceritakan kepada kami {Musa} telah menceritakan kepada kami {Ibrahim} telah mengabarkan kepada kami {Ibnu Syihab} dari {Humaid bin Abdurrahman} bahwa {Abu Hurairah} ra. dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. sambil berkata; “Celaka aku, aku telah menyetubuhi isteriku di (siang) bulan Ramadhan.” Beliau lalu bersabda: “Merdekakanlah seorang budak.” Laki-laki itu berkata; “Aku tidak mampu untuk itu.” Beliau bersabda: “Berpuasalah dua bulan berturut-turut.” Ia berkata, “Aku tidak sanggup, ” beliau bersabda: “Berilah makan enam puluh orang miskin.” Ia berkata, “Aku tidak mampu, ” lalu beliau memberinya keranjang yang berisi kurma.” -Ibrahim berkata; Al Araq adalah al Miktal (sebanding antara lima belas hingga dua puluh sha’) – Beliau lalu bersabda: “Dimanakah laki-laki yang bertanya tadi? Pergi dan bersedekahlah dengan ini.” Ia menjawab, “Demi Allah, antara dua lembah ini tidak ada keluarga yang lebih membutuhkan ini kecuali kami.” Lalu Nabi saw. tersenyum hingga kelihatan gigi gerahamnya, beliau lalu bersabda: “Kalau begitu, berilah makan kepada keluargamu.”
Telah menceritakan kepada kami {Abdul Aziz bin Abdullah Al Uwaisi} telah menceritakan kepada kami {Malik} dari {Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah} dari {Anas bin Malik} dia berkata; “Saya berjalan bersama Rasulullah saw., ketika itu beliau mengenakan kain (selimut) Najran yang tebal ujungnya, lalu ada seorang Arab badui (dusun) yang menemui beliau. Langsung ditariknya Rasulullah dengan kuat, Anas melanjutkan; “Hingga saya melihat permukaan bahu beliau membekas lantaran ujung selimut akibat tarikan Arab badui yang kasar. Arab badui tersebut berkata; “Wahai Muhammad berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu”, maka beliau menoleh kepadanya diiringi senyum serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan sesuatu kepadanya.”
Telah menceritakan kepada kami {Ibnu Numair} telah menceritakan kepada kami {Ibnu Idris} dari {Isma’il} dari {Qais} dari {Jarir} dia berkata; “Rasulullah saw. tidak pernah menghalangiku semenjak aku memeluk Islam dan tidaklah dia melihatku kecuali tersenyum. Aku telah mengadukan kepadanya, bahwa aku tidak kokoh berada di atas kuda, maka beliau menepukkan tangannya ke dadaku seraya berdoa: “Ya Allah, kokohkan dia dan jadikanlah dia petunjuk lagi pemberi petunjuk.”