Telah menceritakan kepada kami {‘Abdullah bin Yazid} telah menceritakan kepada kami {Haiwa} dan lainnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami {Abul Aswad} dan {Al Laits} mengatakan dari {Abul aswad} mengatakan ‘Ada sekelompok tentara dibentuk untuk menyerang penduduk Madinah (muslimin) dan namaku diikutsertakan dalam daftar. Selanjutnya aku bertemu {‘Ikrimah} dan kuutarakan nasibku, lantas dia melarangku secara serius kemudian mengatakan, {Ibnu Abbas} mengabariku bahwa beberapa orang muslimin ikut serta pasukan musyrik sekedar untuk menambah jumlah pasukan demi melawan Rasulullah saw., lantas sebagain mereka terkena anak panah sehingga meninggal, dan sebagian mereka terkena luka senjata sehingga tewas, maka Allah menurunkan ayat sebagai jawaban nasib mereka; Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Allah dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri, ” dan seterusnya sampai akhir ayat QS.Annisa 97.
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6559
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Jika Hidup Dalam Komunitas Manusia yang Bobrok
Telah menceritakan kepada kami {Muhammad bin Katsir} Telah mengabarkan kepada kami {Sufyan} telah menceritakan kepada kami {Al A’masy} dari {Zaid bin Wahb} telah menceritakan kepada kami {Khudzaifah} mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw. dua Hadits, satunya sudah saya lihat sendiri dan satunya aku sedang menunggu-nunggu, beliau menceritakan kepada kami: “bahwa Amanat mula-mula turun pada relung hati orang-orang, lantas mereka paham terhadap alquran dan paham terhadap sunnah.” Khudzaifah menceritakan kepada kami kemarfu’annya, Nabi bersabda; “seseorang tertidur nyenyak kemudian amanat dicerabut dari hatinya, dan masih ada bekasnya seperti bekas yang kecil, kemudian dia tidur lagi dan amanat dicerabut darinya sehingga bekasnya seperti kutu di tangan, sepeti bara yang kau gelindingkan di kakimu sehingga ia memar (beram-beram), maka engkau melihatnya beram-beram (memar) padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa, dan manusia secara beruntun melakukan baiat dan nyaris tak seorang pun menunaikan amanat dengan baik, dan ada berita bahwa di bani fulan ada seseorang yang dapat di percaya, kemudian dikatakan kepada tersebut; ‘alangkah cerdasnya dia, alangkah bijaknya dia, alangkah pemberaninya dia, ‘ padahal tidak ada seberat biji gandum pun iman di dalam hatinya, pernah datang suatu masa kepadaku yang ketika itu aku tak peduli siapa diantara kalian yang aku baiat, kalaulah ia muslim, maka keIslamannya akan mengembalikannya kepadaku, dan kalaulah nasrani, penarik pajaknya akan mengembalikannya kepadaku, namun hari ini aku tidak membaiat selain fulan dan fulan.”
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6560
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Bermukim Di Pedusunan (Tempat Terpencil Ketika Fitnah)
Telah menceritakan kepada kami {Qutaibah bin Sa’id} Telah menceritakan kepada kami {Hatim} dari {Yazid bin Abi Ubaid} dari {Salamah bin Al Akwa’} bahwasanya ia menemui Al Hajjaj, maka Al Hajjaj berujar; ‘Hai Ibnul akwa’, apakah engkau berbalik ke belakang dengan cara pindah ke pelosok pedesaan? ‘ Ibnul akwa’ menjawab; ‘tidak, namun Rasulullah saw. telah memberiku izin (untuk tinggal) di pelosok pedesaan.” Dan dari {Yazid bin Abi Ubaid} mengatakan, tatkala Utsman bin Affan terbunuh, Salamah bin Al Akwa’ pergi mengucilkan diri ke Rabdzah dan menikahi wanita disana sampai melahirkan beberapa anak, dan dia terus bermukim di sana sampai beberapa malam sebelum meninggalnya, kemudian tinggal di Madinah.
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6561
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Bermukim Di Pedusunan (Tempat Terpencil Ketika Fitnah)
Telah menceritakan kepada kami {Abdullah bin Yusuf} Telah mengabarkan kepada kami {Malik} dari {Abdurrahman bin Abdullah bin Abi Sha’Sha’ah} dari {ayahnya} dari {Abu Sa’id Al Khudzri} ra., bahwasanya ia menuturkan, Rasulullah saw. bersabda: “tak lama lagi sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing yang ia gembalakan di lereng-lereng gunung dan tempat-tempat hujan turun, ia lari untuk menyelamatkan agamanya dari gelombang fitnah.”
Telah menceritakan kepada kami {Mu’adz bin Fadhalah} telah menceritakan kepada kami {Hisyam} dari {Qotadah} dari {Anas} ra. mengatakan, para sahabat banyak bertanya kepada Nabi saw. sehingga mereka setengah memaksa dengan pertanyaan-pertanyaan. Maka Nabi saw. suatu hari naik ke mimbar dan bersabda: “Tidaklah kalian bertanya kepadaku mengenai sesuatu, selain kujelaskan kepada kalian, ” lantas aku melihat ke kanan-kiri, tak tahunya setiap orang membungkus kepalanya di pakaiannya sambil menangis, muncullah seseorang yang jika berdebat dia dipanggil dengan nasab selain ayahnya, orang itu berujar; ‘Wahai Nabiyullah siapakah ayahku? ‘ Nabi menjawab: “ayahmu adalah Hudzafah.” Kontan Umar bergegas mengucapkan; ‘RADHIINA BILLAHI RABBAN WABIL ISLAAMI DIINAN WABI MUHAMMADIN RASUULAN NA’UUDZU BILLAH MIN SUUIL FITANI (Kami ridha Allah sebagai rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai utusan, kami berlindung kepada Allah dari keburukan fitnah), ” Nabi saw. bersabda; “Sama sekali belum pernah kulihat keburukan dan kebaikan seperti hari ini, sebab hari ini surga dan neraka digambarkan kepadaku sehingga aku melihat kedua-duanya dibalik dinding ini.” Dan Qatadah selalu menyebutkan hadits ini berkaitan dengan ayat: ‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bertanya tentang sesuatu yang sekiranya diungkapkan kepada kalian, justru malah menyusahkan kalian (QS. Almaidah; 101). {Abbas An Narsi} mengatakan, Telah menceritakan kepada kami {Yazid bin Zurai’} telah menceritakan kepada kami {Sa’id} telah menceritakan kepada kami {Qotadah}, bahwasanya {Anas} menceritakan kepada mereka; bahwa Nabiyullah saw. besabda masalah ini dengan redaksi: Setiap orang membungkus kepalanya dalam bajunya sambil menangis, dan ia mengatakan dengan redaksi: ‘aaidzan billah min suu’il fitan (aku berlindung kepada Allah dari keburukan fitnah) atau ia mengatakan; ‘a’uudzu billah min sau`atil fitan (Saya berlindung kepada Allah dari keburukan-keburukan fitnah). Sedang {Khalifah} mengatakan kepadaku Telah menceritakan kepada kami {Yazid bin Zurai’} telah menceritakan kepada kami {Sa’id} dan {Mu’tamir} dari {ayahnya} dari {Qotadah}, bahwasanya {Anas} menceritakan kepada mereka, dari Nabi saw. dengan Hadits ini dan dia mengatakan dengan redaksi; ‘aaidzan billah min syarril fitan (berlindung kepada Allah dari keburukan fitnah).
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6563
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Sabda Nabi saw.”Fitnah Muncul Dari Sebelah Timur”
telah menceritakan kepadaku {Abdullah bin Muhammad} telah menceritakan kepada kami {Hisyam bin Yusuf} dari {Ma’mar} dari {Az Zuhri} dari {Salim} dari {ayahnya} dari Nabi saw., bahwasanya beliau berdiri ke samping minbar dan bersabda: “Fitnah muncul disini, fitnah muncul disini, (yaitu) dimana tempat tanduk setan muncul, ” atau beliau mengatakan: “tanduk matahari.”
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6564
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Sabda Nabi saw.”Fitnah Muncul Dari Sebelah Timur”
Telah menceritakan kepada kami {Qutaibah bin Sa’id} telah menceritakan kepada kami {Laits} dari {Nafi’} dari {Ibnu ‘Umar} ra.ma, ia mendengar Rasulullah saw. bersabda yang ketika itu beliau menghadap timur: “Ketahuilah, bahawasanya fitnah muncul dari sini, yaitu tempat tanduk setan muncul.”
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6565
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Sabda Nabi saw.”Fitnah Muncul Dari Sebelah Timur”
Telah menceritakan kepada kami {‘Ali bin ‘Abdullah} telah menceritakan kepada kami {Azhar bin Sa’d} dari {Ibnu ‘Aun} dari {Nafi’} dari {Ibnu Umar} mengatakan, Nabi saw. pernah memanjatkan doa; “Ya Allah, berilah kami barakah dalam Syam kami, ya Allah, berilah kami barakah dalam Yaman kami.” Para sahabat berkata; ‘ya Rasulullah, dan juga dalam Nejed kami! ‘ Rasulullah saw. membaca doa: “Ya Allah, berilah kami barakah dalam Syam kami, ya Allah, berilah kami barakah dalam Yaman kami.” Para sahabat berkata; ‘Ya Rasulullah, juga dalam Nejed kami! ‘ dan seingatku, pada kali ketiga, beliau bersabda; “Disanalah muncul keguncangan dan fitnah, dan disanalah tanduk setan muncul.”
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6566
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Sabda Nabi saw.”Fitnah Muncul Dari Sebelah Timur”
Telah menceritakan kepada kami {Ishaq bin Syahin Al Wasithi} telah menceritakan kepada kami {Khalid} dari {Bayan} dari {Wabarah bin Abdurrahman} dari {Sa’id bin Jubair} mengatakan, {Abdullah bin Umar} menemui kami, kami sangat berharap agar ia menceritakan kepada kami sebuah pembicaraan yang baik. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mendahului kami menemuinya dan berujar; ‘ya Abu Abdurrahman, ceritakanlah kepada kami sebuah cerita tentang peperangan dalam fitnah yang telah Allah firmankan: ‘Dan perangilah mereka hingga tak ada lagi fitnah di muka bumi’ (QS. Albaqarah; 193). Maka Abdullah bin Umar bertanya; ‘Apakah kamu tahu apa fitnah itu, duhai malangnya ibumu kehilangan dirimu, Dahulu Muhammad saw. memerangi orang-orang musyrik dan siapa saja yang memasuki agama mereka (pindah agama) itulah yang dimaksud fitnah, dan fitnah maksudnya bukanlah peperangan kalian terhadap para raja (penguasa).
Sahih Bukhari | Hadits No. : 6567
Kitab 72 : Fitnah
Bab : Fitnah Bergelombang Bagaikan Gelombang Lautan
Telah menceritakan kepada kami {Umar bin Hafsh bin Ghiyats} telah menceritakan kepada kami {Ayahku} telah menceritakan kepada kami {Al A’masy} telah menceritakan kepada kami {Syaqiq} Aku mendengar {Khudzaifah} menuturkan; ketika kami duduk-duduk bersama Umar, tiba-tiba ia bertanya; ‘Siapa diantara kalian yang menghapal sabda Nabi saw. tentang fitnah? ‘ maka Khudzaifah menjawab; ‘Fitnah seseorang di keluarganya, hartanya dan anaknya serta tetangganya bisa terhapus oleh shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahyi mungkar.’ Umar berkata; ‘Bukan tentang ini yang aku tanyakan kepadamuakan tetapi tentang (fitnah) yang bergelombang seperti gelombang lautan.’ Khudzaifah berkata; ‘kamu tidak terkena dampaknya dari fitnah itu ya amirul mukminin, sebab antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu tertutup.’ Umar bertanya; ‘Apakah pintunya dipecahkan atau dibuka? ‘ Khudzaifah menjawab; ‘bahkan di pecahkan.’ Maka Umar berkata; ‘kalau begitu tidak ditutup selama-lamanya.’ aku menjawab; ‘Betul.’ Saya bertanya kepada Khudzaifah; ‘Apakah Umar mengetahui pintu itu? ‘ Khudzaifah menjawab; ‘Ya, sebagaimana ia mengetahui bahwa setelah esok ada malam, yang demikian itu karena aku menceritakan Hadits kepadanya dengan tanpa kekeliruan, maka kami khawatir untuk menanyakan kepada Umar siapa pintu sebenarnya.’ lalu kami perintahkan kepada Masruq untuk bertanya kepada Khudzaifah; (siapakah pintu itu), Khudzaifah menjawab; ‘Umar.’