Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu Jud’an] dari [Abu Nadhrah] dari [Abu Sa’id] dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya adalah penghulu bani Adam pada hari kiamat, bukannya untuk membanggakan diri. Di tanganku terdapat bendera pujian, bukannya untuk membanggakan diri, dan tidak ada seorang Nabi pun pada hari itu, baik Adam maupun yang lain kecuali berada dibawah benderaku. Akulah orang yang pertama kali di bangkitkan (dari kubur) bukannya untuk membanggakan diri.” Dan di dalam redaksi hadits terdapat kisah, Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih. Dan telah diriwayatkan dengan sanad ini dari [Abu Nadhrah] dari [Ibnu Abbas] dari Nabi Shallallahu ‘alihi wasallam.
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Nahsr bin Ali Al Jahdhami] telah menceritakan kepada kami [‘Ubaidullah bin Abdul Majid] telah menceritakan kepada kami [Zam’ah bin Shalih] dari [Salamah bin Wahram] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dia berkata; “Beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk-duduk sambil menunggu beliau. lalu beliau keluar, ketika beliau mendekati mereka, beliau mendengarkan percakapan mereka, sebagian dari mereka berkata dengan penuh ketakjuban bahwa Allah telah memilih Ibrahim diatara makhluknya sebagai khalil (kekasih), dan sebagian yang lain berkata; “Apa ada yang lebih istimewa dari pada Musa, karena Allah telah berbicara langsung kepadanya.” Dan sebagian yang lain berkata: “Isa adalah kalimatullah (tercipta dengan ucapan; “kun, fa yakuun (jadilah, maka jadi”)) dan ruhnya.” sebagian lagi mengatakan; “Adamlah yang Telah Allah pilih”, maka beliau telah keluar kepada mereka dan mengucapkan salam seraya bersabda: “Sungguh aku telah mendengar pembicaraan kalian dan rasa takjub kalian,, sesungguhnya ibrahim adalah khalil (kekasih) Nya dan dia seperti yang kalian katakan. Begitu juga Musa, ia merupakan orang yang diajak bicara langsung oleh Allah dan dia memang sepertiitu, dan Isa, dia adalah kalimatullah dan ruhnya dan dia memang seperti itu, dan Adam yang telah Allah pilih dan dia memang seperti itu, sementara aku adalah kesayangan Allah bukannya membanggakan diri, akulah pembawa bendera pujian pada hari Kiamat, dan bukan bermaksud membanggakan diri, dan aku adalah orang yang pertama kali memberikan syafaat dan yang pertama kali diberi syafaat oleh Allah pada hari kiamat, dan bukan bermaksud membanggakan diri, dan aku adalah orang yang pertama kali menggerakkan rantai surga maka Allah membuka pintu surga dan memasukkan aku kedalamnya bersama orang fakir dari orang-orang yang beriman bukannya bermaksud untuk membanggakan diri, dan aku adalah orang yang paling mullia dari generasi awal hingga akhir disisi Allah bukannya bermaksud untuk membanggakan diri.” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya gharib.”
Telah menceritakan kepada kami [Zaid bin Ahzam At Tha`i Al Bashri] telah menceritakan kepada kami [Abu Qutaibah Salm bin Qutaibah] telah menceritakan kepadaku [Abu Maudud Al Madani] telah menceritakan kepada kami [‘Utsman bin Dhahhak] dari [Muhammad bin Yusuf bin Abdullah bin Salam] dari [ayahnya] dari [kakeknya] berkata; “Telah termaktub di dalam taurat mengenai sifat Muhammad dan Isa bin Maryam, bahwa (Isa) akan dikubur bersamanya (atau disampingnya).” Abu Maudud berkata; “Dan msih tersisa satu tempat pengkuburan lagi di kamar Aisyah.” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan gharib. seperti ini pula yang di katakana oleh Utsman bin Dlahak, yang lebih terkenal dengan nama Adl Dlahak bin Utsman Al Madani.”
Telah menceritakan kepada kami [bisyr bin Hilal Ash Shawwaf Al Bashri] telah menceritakan kepada kami [Ja’far bin Sulaiman Adl Dluba’i] dari [Tsabit] dari [Anas bin Malik] dia berkata; “Di hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Madinah, maka segala sesuatu menjadi bersinar, namun di hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, semuanya berubah menjadi gelap, dan ketika kami berada dikuburannya untuk menghilangkan (debu dan kotoran yang ada di atasnya) dengan tangan-tangan kami, seolah-olah hati kami mengingkari (wafatnya Rasulullah).” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya gharib shahih.”
Telah meceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar Al Abdi] telah menceritakan kepada kami [Wahb bin Jarir] telah menceritakan kepada kami [ayahku] dia berkata; saya mendengar [Muhammad bin Ishaq] bercerita dari [Al Mutthalib bin Abdullah bin Qais bin Makhramah] dari [ayahnya] dari [kakeknya] dia berkata; “Aku dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada tahun gajah.” Lalu Utsman bin ‘Affan bertanya kepada [Qubats bin Asyyam] -saudaranya bani Ya’mar bin Laits- “Apakah anda lebih tua ataukah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” dia menjawab; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dewasa segala-galanya dari padaku sekalipun dari sisi usia aku lebih dahulu dilahirkan dari pada beliau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada tahun gajah, sedang ibuku melahirkanku pada waktu itu juga.” dia berkata; “(Waktu itu) aku juga sempat melihat kotoran burung telah berubah berwarna hijau.” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan gharib, kami tidak mengetahui (hadits tersebut) kecuali dari hadits Muhammad bin Ishaq.”
Telah menceritakan kepada kami [Al Fadhl bin Sahl Abu Al Abbas Al A’raj Al Baghdadi] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Ghazwan Abu Nuh] telah mengabarkan kepada kami [Yunus bin Abu Ishaq] dari [Abu Bakr bin Abu Musa] dari [ayahnya] dia berkata; “Abu Thalib dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju negeri Syam (untuk berniaga) bersama dengan pembesar-pembesar Quraisy, ketika mereka menjumpai seorang rahib, mereka singgah dan berhenti dari perjalanan mereka, tiba-tiba seorang Rahib keluar menemui mereka, padahal sebelum itu, rahib tersebut tidak pernah keluar walaupun ada sekelompok orang melewatinya, Abu Musa berkata; “Maka mereka meletakkan perbekalan mereka, kemudian Rahib itu menyibak jalan mereka sampai datang (di hadapan) beliau, sambil memegang tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Rahib itu berkata; “Orang ini akan menjadi pemimpin semesta alam, anak ini akan menjadi utusan Rab semesta alam dan akan di utus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Maka pembesar Quraisy berkata; “Dari mana anda tahu hal itu?” Rahib menjawab; “Sebenarnya semenjak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk sujud, mereka tidak sujud melainkan kepada seorang Nabi, aku juga dapat mengetahui dari stempel kenabian yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya yang menyerupai buah apel.” Kemudian Rahib itu kembali dan menjamu mereka dengan makanan, ketika Rahib itu mendatangi rombongan Quraisy yang mengikutsertakan nabinya, sedangkan nabi berada diantara rombongan unta, Rahib itu berkata; “Tolong utuslah beberapa orang untuk menjemputnya.” Beberapa saat kemudian nabi datang dengan dinaungi sekumpulan awan di atas beliau. Ajaib, ketika Rahib itu mendekati rombongan, ia temukan mereka tengah berebutan mencari perlindungan bayang-bayang pohon. Anehnya ketika nabi duduk, justru bayang-bayang pohon itu mendekati beliau, kontan saja si Rahib mengatakan ‘Coba kalian perhatikan, bayang-bayang pohon justru mendekati beliau’. (Kata Abu Musa), ketika sang rahib berdiri menghadap rombongan, ia memberi peringatan ‘ Maaf, hendaknya rombongan ini tidak meneruskan perjalanan menuju Romawi. Sebab kalaulah mereka melihatnya, tentu mereka mengetahuinya dengan tanda-tandanya, dan tentu mereka akan membunuhnya.’ Ketika sang rahib menoleh, ternyata ada tujuh orang yang baru pulang dari Romawi dan menemui rombongan. Rahib bertanya kepada mereka; ‘Apa yang mendorong kalian datang kemari? Rombongan itu menjawab; ‘Begini, kami berangkat karena mendengar seorang nabi telah diutus di bulan ini, karenanya tak ada jalan lagi bagi kami selain beberapa orang harus diutus untuk menemuinya. Kami telah diberi tahu beritanya. Karenanya kami diutus dan berangkat melalui jalan yang akan kalian lewati ini.’ Si rahib lantas berujar kepada rombongan Makkah; ‘Mungkin kalian punya pendapat yang Allah akan memutuskannya?, Ataukah kalian hendak mengembalikan si bocah ini (maksudnya Muhammad) ke Makkah?.” Jawab mereka; “Wahh, sepertinya tidak ada.” Selanjutnya rombongan itu berbaiat kepada si rahib dan tinggal bersamanya beberapa waktu. Kata rahib; “Siapa walinya anak ini? Mereka menjawab; “Abu Thalib”. Si rahib tiada henti-hentinya menasehati Abu Thalib hingga ia mau mengembalikan Muhammad (yang ketika itu belum menjadi nabi). Abu Bakar memerintahkan Bilal untuk mengawaninya, sedang si rahib memberinya bekal berupa kerupuk dan minyak.” Abu Isa mengatakan; “Derajat hadits ini hasan gharib, kami tidak mengenalnya selain dari jalur ini.”
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isma’il] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu ‘Adi] dari [Hisyam bin Hassan] dari [‘Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima wahyu ketika beliau berusia empat puluh tahun, beliau tinggal di Mekah selama tiga belas tahun dan di Madinah selama sepuluh tahun. Beliau wafat ketika beliau berusia enam puluh tiga tahun.” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih.”
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu ‘Adi] dari [Hisyam] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat ketika beliau berusia enam puluh lima tahun.” Abu Isa berkata; “Seperti ini Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, dan [Muhammad bin Isma’il] juga telah meriwayatkan darinya seperti itu.”
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] dari [Malik bin Anas]. Dan telah di riwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Al Anshari] telah menceritakan kepada kami [Ma’n] telah menceritakan kepada kami [Malik bin Anas] dari [Rabi’ah bin Abu Abdurrahman] bahwa dia mendengar [Anas] berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok orang yang berpawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, tidak putih bule dan tidak pula coklat, tidak kriting dan tidak pula lurus rambutnya. Allah mengutusnya ketika beliau berusia empat puluh tahun, beliau tinggal di Makkah selama sepuluh tahun (lebih) dan di Madinah selama sepuluh tahun. Allah mewafatkannya ketika beliau berusia enam puluh tahun, di kepala serta jenggot beliau tidak lebih dari dua puluh helai rambut putih (uban).” Abu Isa berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih.”
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] dan [Mahmud bin Ghailan] keduanya berkata; telah memberitakan kepada kami [Abu Daud Ath Thayalisi] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Mu’adz Adl Dlabbi] dari [Simak bin Harb] dari [Jabir bin Samurah] dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di kota Makkah terdapat sebongkah batu (hajar aswad) yang mengucapkan salam kepadaku pada malam hari dimana aku diutus, sedangkan sekarang aku benar-benar mengetahuinya.” Perawi (Abu Isa) berkata; “Hadits ini derajatnya hasan shahih gharib.”