Muwattha Malik

×

موطأ مالك

Muwattha' Malik

Muwattha Malik | Hadits No. : 1272

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Orang yang Hidup Membebaskan Budak Atas Nama Orang yang Telah Mati

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّهُ قَالَتُوُفِّيَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ فِي نَوْمٍ نَامَهُ فَأَعْتَقَتْ عَنْهُ عَائِشَةُ زَوْجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رِقَابًا كَثِيرَةًقَالَ مَالِك وَهَذَا أَحَبُّ مَا سَمِعْتُ إِلَيَّ فِي ذَلِكَ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Yahya bin Said} berkata; “Abdurrahman bin Abu Bakar meninggal ketika dia tertidur, {Aisyah}, isteri Nabi saw. lalu membebaskan budak yang banyak.” Malik berkata; “Dalam hal ini pendapat inilah yang paling saya suka untuk didengar.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1273

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Keutamaan Membebaskan Budak, Memerdekakan Wanita Pezina dan Anak Zina

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الرِّقَابِ أَيُّهَا أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَغْلَاهَا ثَمَنًا وَأَنْفَسُهَا عِنْدَ أَهْلِهَا

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Hisyam bin ‘Urwah} dari {Bapaknya} dari {Aisyah} isteri Nabi saw., bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang budak yang bagaimanakah yang paling utama. Rasulullah saw. lalu menjawab: “Yang paling mahal harganya, dan yang paling berharga dalam keluarganya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1274

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Keutamaan Membebaskan Budak, Memerdekakan Wanita Pezina dan Anak Zina

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَأَنَّهُ أَعْتَقَ وَلَدَ زِنًا وَأُمَّهُ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Nafi’} dari {Abdullah bin Umar} bahwa dia telah membebaskan anak hasil zina beserta dan ibunya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1275

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Wala” Adalah Bagi yang Memerdekakan

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْجَاءَتْ بَرِيرَةُ فَقَالَتْ إِنِّي كَاتَبْتُ أَهْلِي عَلَى تِسْعِ أَوَاقٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُوقِيَّةٌ فَأَعِينِينِي فَقَالَتْ عَائِشَةُ إِنْ أَحَبَّ أَهْلُكِ أَنْ أَعُدَّهَا لَهُمْ عَنْكِ عَدَدْتُهَا وَيَكُونَ لِي وَلَاؤُكِ فَعَلْتُ فَذَهَبَتْ بَرِيرَةُ إِلَى أَهْلِهَا فَقَالَتْ لَهُمْ ذَلِكَ فَأَبَوْا عَلَيْهَا فَجَاءَتْ مِنْ عِنْدِ أَهْلِهَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَقَالَتْ لِعَائِشَةَ إِنِّي قَدْ عَرَضْتُ عَلَيْهِمْ ذَلِكَ فَأَبَوْا عَلَيَّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ الْوَلَاءُ لَهُمْ فَسَمِعَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهَا فَأَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمْ الْوَلَاءَ فَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ فَفَعَلَتْ عَائِشَةُ ثُمَّ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَمَا بَالُ رِجَالٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطًا لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ قَضَاءُ اللَّهِ أَحَقُّ وَشَرْطُ اللَّهِ أَوْثَقُ وَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Hisyam bin ‘Urwah} dari {Bapaknya} dari {Aisyah} isteri Nabi saw. berkata; “Barirah datang dan berkata; “Saya telah memerdekakan diriku dari majikanku secara mukatabah dan membayar sembilan uqiyah, dengan cicilan setiap satu tahun satu uqiyah. Maka bantulah aku.” Aisyah berkata; “Jika keluarga (majikan) mu setuju, maka saya akan membayarkannya kepada mereka atas nama kamu, tetapi perwalianmu harus kepadaku.” Barirah lantas pergi menemui keluarganya dan menyampaikan hal itu kepada mereka, namun mereka menolaknya. Tidak lama kemudian dia datang dari keluarganya, sementara Rasulullah saw. duduk mendengarkan. Barirah berkata kepada Aisyah; “Saya telah tawarkan kepada mereka tapi mereka menolaknya, kecuali jika hak perwalian tetap pada mereka.” Rasulullah saw. yang mendengar percakapan tersebut langsung bertanya, lalu ‘Aisyah memberitahukan kepada beliau. Maka Rasulullah saw. pun bersabda: “Ambillah dia dan tetapkanlah persyaratan kepada mereka, karena perwalian adalah hak bagi orang yang membebaskannya.” Aisyah kemudian melakukan saran beliau, setelah itu Rasulullah saw. berdiri di hadapan orang banyak lalu bertahmid dan memuji Allah. Beliau lantas bersabda: “Amma ba’du, kenapa orang-orang memberi persyaratan yang tidak berdasarkan kitab Allah. Syarat apapun yang tidak terdapat pada kitab Allah adalah itu adalah batil, meskipun itu seratus syarat. Ketetapan Allah-lah yang lebih berhak dan syarat Allah adalah lebih kuat. Perwalian itu bagi orang yang membebaskan.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1276

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Wala” Adalah Bagi yang Memerdekakan

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَأَنَّ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَرَادَتْ أَنْ تَشْتَرِيَ جَارِيَةً تُعْتِقُهَا فَقَالَ أَهْلُهَا نَبِيعُكِهَا عَلَى أَنَّ وَلَاءَهَا لَنَا فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَا يَمْنَعَنَّكِ ذَلِكَ فَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Nafi’} dari {Abdullah bin Umar} bahwa Aisyah Ummul Mukminin, berkeinginan membeli seorang hamba sahaya untuk dibebaskan. Lalu pemilik budak tersebut berkata, “Kami akan jual kepadamu tapi hak perwalian tetap milik kami.” Aisyah lantas mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. beliau bersabda: “Janganlah engkau terhalangi oleh hal itu, sesungguhnya perwalian itu bagi yang membebaskan.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1277

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Wala” Adalah Bagi yang Memerdekakan

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ بَرِيرَةَ جَاءَتْ تَسْتَعِينُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ فَقَالَتْ عَائِشَةُ إِنْ أَحَبَّ أَهْلُكِ أَنْ أَصُبَّ لَهُمْ ثَمَنَكِ صَبَّةً وَاحِدَةً وَأُعْتِقَكِ فَعَلْتُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ بَرِيرَةُ لِأَهْلِهَا فَقَالُوا لَا إِلَّا أَنْ يَكُونَ لَنَا وَلَاؤُكِ قَالَ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ فَزَعَمَتْ عَمْرَةُ أَنَّ عَائِشَةَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَرِيهَا وَأَعْتِقِيهَا فَإِنَّمَا الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Yahya bin Sa’id} dari {‘Amrah binti Abdurrahman} bahwa Barirah menemui ‘Aisyah Ummul Mukminin untuk meminta pertolongan kepadanya. ‘Aisyah lalu berkata, “Jika keluargamu mau, maka aku akan membayarmu secara tunai kepada mereka, lalu membebaskanmu.” Barirah lalu menanyakan hal itu kepada keluarganya, mereka berkata; “Tidak, kecuali jika perwalianmu menjadi milik kami.” Yahya bin Sa’id berkata; “‘Amrah berkeyakinan bahwa Aisyah mengatakan hal itu kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. pun bersabda: “Beli dan bebaskanlah ia, karena perwalian itu kepada siapa yang membebaskan.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1278

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Wala” Adalah Bagi yang Memerdekakan

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْوَلَاءِ وَعَنْ هِبَتِهِ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Abdullah bin Dinar} dari {Abdullah bin Umar} berkata, “Rasulullah saw. melarang jual beli perwalian dan hibahnya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1279

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Budak yang Menarik Perwalian Ketika Dimerdekakan

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِأَنَّ الزُّبَيْرَ بْنَ الْعَوَّامِ اشْتَرَى عَبْدًا فَأَعْتَقَهُ وَلِذَلِكَ الْعَبْدِ بَنُونَ مِنْ امْرَأَةٍ حُرَّةٍ فَلَمَّا أَعْتَقَهُ الزُّبَيْرُ قَالَ هُمْ مَوَالِيَّ وَقَالَ مَوَالِي أُمِّهِمْ بَلْ هُمْ مَوَالِينَا فَاخْتَصَمُوا إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَقَضَى عُثْمَانُ لِلزُّبَيْرِ بِوَلَائِهِمْ

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Rabi’ah bin Abu Abdurrahman} berkata, “Zubair bin Al ‘Awwam membeli seorang budak kemudian membebaskannya, sementara budak tersebut memiliki anak-anak dari wanita yang merdeka. Maka ketika Zubair membebaskannya, ia pun berkata; “Anak-anak itu di bawah perwalianku.” Lalu para wali dari pihak ibu mereka berkata; “Tidak, mereka ada di bawah perwalian kami.” Kemudian mereka mengadukan permasalahan tersebut kepada {Utsman bin Affan}, lalu Utsman memutuskan bahwa hak perwalian itu kepada Zubair.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1280

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Warisan Perwalian

حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُأَنَّ الْعَاصِيَ بْنَ هِشَامٍ هَلَكَ وَتَرَكَ بَنِينَ لَهُ ثَلَاثَةً اثْنَانِ لِأُمٍّ وَرَجُلٌ لِعَلَّةٍ فَهَلَكَ أَحَدُ اللَّذَيْنِ لِأُمٍّ وَتَرَكَ مَالًا وَمَوَالِيَ فَوَرِثَهُ أَخُوهُ لِأَبِيهِ وَأُمِّهِ مَالَهُ وَوَلَاءَهُ مَوَالِيهِ ثُمَّ هَلَكَ الَّذِي وَرِثَ الْمَالَ وَوَلَاءَ الْمَوَالِي وَتَرَكَ ابْنَهُ وَأَخَاهُ لِأَبِيهِ فَقَالَ ابْنُهُ قَدْ أَحْرَزْتُ مَا كَانَ أَبِي أَحْرَزَ مِنْ الْمَالِ وَوَلَاءِ الْمَوَالِي وَقَالَ أَخُوهُ لَيْسَ كَذَلِكَ إِنَّمَا أَحْرَزْتَ الْمَالَ وَأَمَّا وَلَاءُ الْمَوَالِي فَلَا أَرَأَيْتَ لَوْ هَلَكَ أَخِي الْيَوْمَ أَلَسْتُ أَرِثُهُ أَنَا فَاخْتَصَمَا إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَقَضَى لِأَخِيهِ بِوَلَاءِ الْمَوَالِي

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amru bin Hazm} dari {Abdul Malik bin Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam} dari {Bapaknya} bahwa ia mengabarkan kepadanya, bahwa Al ‘Ashi bin Hisyam wafat dan meninggalkan tiga orang anak, dua anak seibu dan seorang anak tiri. Kemudian salah satu dari dua saudara seibu tersebut wafat dengan meninggalkan harta dan beberapa budak. Lalu saudara sebapak dan seibu mewarisi harta dan perwalian budak-budaknya. Kemudian orang yang mewarisi harta dan perwalian budak-budak tersebut wafat dengan meninggalkan seorang anak dan saudaranya sebapak. Sang anak lalu berkata, “Saya memperoleh harta dan perwalian budak-budak yang ditinggalkan oleh bapakku.” Dan saudaranya seayah berkata, “Bukan begitu, kamu hanya berhak mendapatkan harta, adapun perwalian budak-budak tersebut bukan menjadi hakmu. Tidakkah kamu tahu, jika saudaraku wafat hari ini maka akulah yang akan mewarisinya?” keduanya lalu menghadap kepada Utsman mencari putusan hukum, {Utsman} lalu memutuskan bahwa hak perwalian budak tersebut diberikan kepada saudaranya.”

Muwattha Malik | Hadits No. : 1281

Kitab 25 : Memerdekakan Budak dan Wala’

Bab : Warisan Perwalian

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَبُوهُأَنَّهُ كَانَ جَالِسًا عِنْدَ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ فَاخْتَصَمَ إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ جُهَيْنَةَ وَنَفَرٌ مِنْ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ وَكَانَتْ امْرَأَةٌ مِنْ جُهَيْنَةَ عِنْدَ رَجُلٍ مِنْ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ كُلَيْبٍ فَمَاتَتْ الْمَرْأَةُ وَتَرَكَتْ مَالًا وَمَوَالِيَ فَوَرِثَهَا ابْنُهَا وَزَوْجُهَا ثُمَّ مَاتَ ابْنُهَا فَقَالَ وَرَثَتُهُ لَنَا وَلَاءُ الْمَوَالِي قَدْ كَانَ ابْنُهَا أَحْرَزَهُ فَقَالَ الْجُهَنِيُّونَ لَيْسَ كَذَلِكَ إِنَّمَا هُمْ مَوَالِي صَاحِبَتِنَا فَإِذَا مَاتَ وَلَدُهَا فَلَنَا وَلَاؤُهُمْ وَنَحْنُ نَرِثُهُمْ فَقَضَى أَبَانُ بْنُ عُثْمَانَ لِلْجُهَنِيِّينَ بِوَلَاءِ الْمَوَالِي

Telah menceritakan kepadaku Malik dari {Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm} bahwa {Bapaknya} bahwa bapaknya mengabarkan kepadanya, bahwa ia pernah duduk di samping Aban bin Utsman. Kemudian ada beberapa orang dari Juhainah dan beberapa orang dari Bani Harits bin Al Khazraj datang kepadanya minta putusan hukum. Ada seorang wanita dari Juhainah berurusan dengan laki-laki dari Bani Harits yang bernama Ibrahim bin Kulaib, lalu wanita itu wafat dengan meninggalkan harta dan budak. Maka anak dan suaminya pun mewarisi peninggalannya, setelah itu anaknya juga ikut meninggal. Ahli warisnya anak itu berkata; “Hak perwalian budak -yang diperoleh anak itu dari ibunya- kepada kami.” Orang-orang Al Juhainah berkata; “Bukan seperti itu, sesungguhnya mereka adalah budak sahabat kami, maka ketika anaknya meninggal, perwalian itu menjadi milik kami, dan kamilah yang mewarisinya.” Maka {Aban bin ‘Utsman} memutuskan bahwa hak perwalian budak tersebut menjadi milik orang-orang Al Juhainah.”