Telah bercerita kepada kami {‘Ali bin ‘Abdullah} telah mengabarkan kepada kami {Ibnu ‘Ulayyah} dari {‘Ali bin Al Mubarak} telah bercerita kepada kami {Yahya bin Abi Katsir} dari {Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits} dari {Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman}; Telah terjadi pertengkaran antara dirinya dan orang lain dalam perkara tanah lalu dia menemui ‘Aisyah dan menceritakan hal itu kepadanya, maka {‘Aisyah} ra.ma berkata: “Wahai Abu Salamah hindarilah (berbuat aniaya) dalam urusan tanah karena Rasulullah saw. pernah bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya sejengkal saja (dalam perkara tanah) maka nanti dia akan dibebani (dikalungkan pada lehernya) tanah dari tujuh bumi”.
Telah bercerita kepada kami {Bisyir bin Muhammad} telah mengabarkan kepada kami {‘Abdullah} dari {Musa bin ‘Uqbah} dari {Salim} dari {bapaknya} berkata, Nabi saw. bersabda: “Siapa yang mengambil sesuatu (sebidang tanah) dari bumi yang bukan haknya maka pada hari qiyamat nanti dia akan dibenamkan sampai tujuh bumi”.
Telah bercerita kepada kami {Muhammad bin Al Mutsannaa} telah bercerita kepada kami {‘Abdul Wahhab} telah bercerita kepada kami {Ayyub} dari {Muhammad bin Sirin} dari {Ibnu Abi Bakrah} dari {Abu Bakrah ra.} dari Nabi saw. bersabda: “Zaman (masa) terus berjalan dari sejak awal penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan al-Muharam serta Rajab yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban”.
Telah bercerita kepadaku {‘Ubaid bin Isma’il} telah bercerita kepada kami {Abu Usamah} dari {Hisyam} dari {bapaknya} dari {Sa’id bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail} bahwa dia telah bertengkar dengan Arwa (binti Unais) dalam perkara kepemilikan tanah. Arwa menuduh bahwa Sa’id mengurangi haknya dan memberikannya kepada Marwan. Maka Sa’id berkata: “Apakah (patut) aku mengambil haknya?. Sungguh aku bersaksi bahwa aku benar-benar telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang mengambil sejengkal saja dari tanah secara aniaya maka dia akan dikalungkan dengan tanah sebanyak tujuh bumi pada hari qiyamat “. Berkata {Abu Az Zanad} dari {Hisyam} dari {bapaknya} berkata, {Sa’id bin Zaid} berkata kepadaku; “Aku menemui Nabi saw.”.
Telah bercerita kepada kami {Muhammad bin Yusuf} telah bercerita kepada kami {Sufyan} dari {Al A’masy} dari {Ibrahim at-Taymiy} dari {bapaknya} dari {Abu Dzar ra.} berkata; Nabi saw. berkata kepada Abu Dzar ketika matahari sedang terbenam: “Tahukah kamu kemana matahari itu pergi?”. Aku jawab; “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau berkata: “Sesungguhnya dia akan terus pergi hingga bersujud di bawah al-‘Arsy lalu dia minta izin kemudian diizinkan dan dia minta agar terus saja bersujud namun tidak diperkenankan dan minta izin namun tidak diizinkan dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah ke tempat asal kamu datang”. Maka matahari itu terbit (keluar) dari tempat terbenamnya tadi”. Begitulah sebagaimana firman Allah QS Yasin ayat 38 yang artinya: (Dan matahari berjalan pada tempat peredarannya (orbitnya). Demikianlah itu ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui) “.
Telah bercerita kepada kami {Musaddad} telah bercerita kepada kami {‘Abdul ‘Aziz Al Mukhtar} telah bercerita kepada kami {‘Abdullah Ad Danaj} berkata telah bercerita kepadaku {Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman} dari {Abu Hurairah ra.} dari Nabi saw. bersabda: “Matahari dan bulan akan digulung pada hari qiyamat”.
Telah bercerita kepada kami {Yahya bin Sulaiman} berkata telah bercerita kepadaku {Ibnu Wahb} berkata telah mengabarkan kepadaku {‘Amru} bahwa {‘Abdur Rahman bin Al Qasim} bercerita kepadanya dari {bapaknya} dari {‘Abdullah bin ‘Umar ra.ma} bahwa dia mengabarkan dari Nabi saw. yang bersabda “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang akan tetapi keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, shalatlah”.
Telah bercerita kepada kami {Isma’il bin Abu Uwais} berkata telah bercerita kepadaku {Malik} dari {Zaid bin Aslam} dari {‘Atha’ bin Yasar} dari {‘Abdullah bin ‘Abbas ra.ma} berkata, Nabi saw. bersabda: “Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah yang tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, berdzikirlah kepada Allah (shalat) “.
Telah bercerita kepada kami {Yahya bin Bukair} telah bercerita kepada kami {Al Laits} dari {‘Uqail} dari {Ibnu Syihab} berkata telah mengabarkan kepadaku {‘Urwah} bahwa {‘Aisyah ra.ma} telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah saw. ketika hari terjadinya gerhana matahari, Beliau berdiri melaksanakan shalat. Beliau membaca takbir, kemudian membaca dengan bacaan surat yang panjang, lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang (lama) lalu mengangkat kepalanya seraya membaca sami’allahu liman hamidah. Lalu Beliau kembali berdiri sebagaimana sebelumnya dan membaca bacaan yang panjang namun kurang dari bacaannya yang pertama tadi, lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang namun kurang dari ruku’nya yang pertama tadi, lalu sujud dengan sujud yang panjang. Kemudian Beliau melakukannya seperti itu pada raka’at yang akhir lalu memberi salam sementara matahari sudah tampak kembali. Lalu Beliau menyampaikan khathbah di hadapan manusia dan berkata tentang gerhana matahari dan bulan bahwa: “Keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidak mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, bersegeralah mendirikan shalat”.
Telah bercerita kepada kami {Muhammad bin Al Mutsannaa} telah bercerita kepada kami {Yahya} dari {Isma’il} berkata telah bercerita kepadaku {Qais} dari {Abu Mas’ud ra.} dari Nabi saw. yang bersabda “Matahari dan bulan tidak mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang akan tetapi keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, shalatlah”.