Telah bercerita kepada kami {Yahya bin Qaza’ah} telah bercerita kepada kami {Ibrahim bin Sa’ad} dari {bapaknya} dari {Abu Salamah} dari {Abu Hurairah ra.} berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh telah ada pada setiap umat-umat sebelum kalian para muhaddits (orang-orang yang selalu berpandangan lurus/punya firasat tinggi) dan seandainya ada seseorang pada umatku ini tentu dia adalah ‘Umar”. {Zakariya’ bin Abu Za’idah} menambahkan dari {Sa’ad} dari {Abu Salamah} dari {Abu Hurairah ra.} berkata, Nabi saw. bersabda: “Sungguh telah ada pada orang-orang sebelum kalian dari kalangan Bani Isra’il mereka yang dianugerahkan pembicaraannya selalu benar padahal mereka bukanlah dari kalangan para Nabi. Dan seandainya ada pada umatku ini seorang dari mereka, maka tentu dia adalah ‘Umar”. Ibnu ‘Abbas ra.ma menjelaskan dengan redaksi; “Dari kalangan Nabi bukan muhaddats”.
Telah bercerita kepada kami {‘Abdullah bin Yusuf} telah bercerita kepada kami {Al Laits} telah bercerita kepada kami {‘Uqail} dari {Ibnu Syihab} dari {Sa’id bin Al Musayyab} dan {Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman} keduanya berkata, Kami mendengar {Abu Hurairah ra.} berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Ada seorang pengembala ketika sedang bersama kambin g-kambin g gembalaannya, tiba-tiba datang seekor serigala menyerang lalu mengambil seekor kambin gnya. Gembala itu pun mencarinya hingga menemukannya lalu serigala menoleh kepadanya seraya berkata; “Siapa yang menjaga kambin g itu pada hari berburu ketika tidak ada yang menggembalakannya selain aku?”. Orang-orang berujar keheranan; “Subhaanallah (Maha Suci Allah)!”. Maka Nabi saw. bersabda: “Sungguh aku beriman tentang kejadian itu. Begitu juga Abu Bakr dan “Umar”. Saat itu Abu Bakr dan ‘Umar tidak berada di sana.
Telah bercerita kepada kami {Yahya bin Bukair} telah bercerita kepada kami {Al Laits} dari {‘Uqail} dari {Ibnu Syihab} berkata, telah mengabarkan kepadaku {Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif} dari {Abu Sa’id Al Khudriy ra.} berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika tidur, aku bermimpi melihat orang-orang dihadapkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, diantaranya ada yang sampai kepada buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan dihadapkan pula kepadaku ‘Umar bin Al Khaththab juga dengan mengenakan baju menyeretnya. Para shahabat bertanya; “Apa maksudnya hal demikian, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Itulah Ad-Din (agama) “.
Telah bercerita kepada kami {ash-Shalti bin Muhammad} telah bercerita kepada kami {Isma’il bin Ibrahim} telah bercerita kepada kami {Ayyub} dari {Ibnu Abu Mulaikah} dari {Al Miswar bin Makhramah} berkata; Ketika ‘Umar ditikam, ia merasakan kepedihannya, maka {Ibnu ‘Abbas} berkata kepada ‘Umar seakan dia ingin membantu meringankan keluhan sakitnya; “Wahai amirul mu’minin, sekalipun ini terjadi kepada anda akan tetapi anda bersahabat dengan Rasulullah saw., dan anda menjalin persahabatan itu dengan baik lalu beliau berpisah dari anda (wafat) dalam keadaan beliau ridha. Kemudian anda bershahabat dengan Abu Bakr dan anda menjalin persahabatan itu dengan baik lalu dia berpisah dari anda (wafat) dalam keadaan dia ridha kepada anda. Kemudian anda juga bershahabat dengan para shahabat mereka dan menjalin pershahabatan itu dengan baik. Jika sekarang anda meninggalkan mereka, sungguh perpisahan anda dengan mereka ini dalam keadaan mereka semua ridha kepada anda. Lalu ‘Umar berkata; “Adapun yang kamu sebut sebagai pershahabatanku dengan Rasulullah saw. dan keridhaannya sesungguhnya hal itu semata pertolongan Allah Ta’ala yang dianugerahkan-Nya kepadaku. Sementara apa yang kamu sebut sebagai pershahabaanku dengan Abu Bakr dan keridhaannya sesungguhnya hal itu juga merupakan pertolongan Allah Ta’ala yang dianugerahkan-Nya kepadaku. Sedangkan apa yang kamu lihat berupa keluhan sakitku ini sesungguhnya ini demi kemaslahatanmu dan sahabat-sahabatmu. Demi Allah, seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi tentu aku akan gunakan untuk menebus diriku dari siksaan Allah ‘azza wajalla sebelum aku melihatnya”. {Hammad bin Zaid} berkata, telah bercerita kepada kami {Ayyub} dari {Ibnu Abu Mulaikah} dari {Ibnu ‘Abbas ra.ma}; “Aku menemui ‘Umar dalam kondisi seperti ini….”.
Telah bercerita kepada kami {Yusuf bin Musa} telah bercerita kepada kami {Abu Usamah} berkata, telah bercerita kepadaku {‘Utsman bin Ghiyats} telah bercerita kepada kami {Abu “Utsman an-Nahdiy} dari {Abu Musa ra.} berkata; “Aku pernah bersama Rasulullah saw. dalam sebuah kebun di antara kebun-kebun yang ada di Madinah, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta izin dibukakan pintu, maka Nabi saw. berkata: “Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga”. Maka aku membukakan pintu yang ternyata laki-laki itu adalah Abu Bakr lalu aku sampaikan kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Nabi saw. Abu Bakr bersyukur dengan memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta dibukakan pintu, maka Nabi saw. berkata: “Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga”. Maka aku membukakan pintu yang ternyata laki-laki itu adalah ‘Umar lalu aku sampaikan kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Nabi saw. ‘Umar bersyukur dengan memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta dibukakan pintu, lalu beliau berkata kepadaku: “Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga namun berbagai ujian menimpanya”. Ternyata laki-laki itu adalah ‘Utsman lalu aku beri kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Rasulullah saw. ‘Utsman bersyukur dengan memuji Allah lalu berkata; “Allah sajalah dimohon pertolongan-Nya”.
Telah bercerita kepada kami {Yahya bin Sulaiman} berkata, telah bercerita kepadaku {Ibnu Wahb} berkata, telah mengabarkan kepadaku {Haywah} berkata, telah bercerita kepadaku {Abu ‘Aqil Zuhrah bin Ma’bad} bahwa dia mendengar {kakeknya, ‘Abdullah bin Hisyam} berkata; “Kami pernah bersama Nabi saw. yang ketika itu beliau pegang tangan ‘Umar bin Al Khaththab”.
Telah bercerita kepada kami {Sulaiman bin Harb} telah bercerita kepada kami {Hammad bin Zaid} dari {Ayyub} dari {Abu ‘Utsman} dari {Abu Musa ra.} bahwa Nabi saw. masuk kedalam sebuah kebun lalu memerintahkan aku untuk menjaga pintu kebun. Tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta izin masuk, maka beliau berkata: “izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga”. Ternyata laki-laki itu adalah Abu Bakr. Kemudian datang laki-laki lain meminta izin masuk, maka beliau berkata: “izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga”. Ternyata laki-laki itu adalah ‘Umar. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta izin masuk, maka beliau terdiam sejenak lalu berkata: “izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga namun denagn berbagai ujian yang akan menimpanya”. Ternyata laki-laki itu adalah ‘Utsman bin ‘Affan. {Hammad} berkata; Dan telah bercerita kepada kami {‘Ashim Al Ahwal} dan {‘Ali bin Al Hakam}, keduanya mendengar {Abu ‘Utsman} bercerita dari {Abu Musa} seperti hadits ini. Namun ditambahkan didalamnya bahwa Nabi saw. pada mulanya duduk pada suatu tempat yang ada airnya sambil menyingkap pakaiannya hingga sampai kedua lutut atau salah satu lutut beliau. Namun tatkala ‘Utsman sudah datang, beliau menutupnya”.
Telah bercerita kepadaku {Ahmad bin Syabib bin Sa’id} berkata, telah bercerita kepadaku {bapakku} dari {Yunus}, berkata {Ibnu Syihab} telah mengabarkan kepadaku {‘Urwah} bahwa {‘Ubaidullah bin ‘Adiy bin Al Khiyar} mengabarkan kepadanya bahwa Al Miswar bin Makhramah dan ‘Abdur Rahman bin Al Aswad bin ‘Abdu Yaghuts keduanya berkata kepadanya (‘Ubaidullah); “Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada ‘Utsman tentang perkara saudaranya, yaitu Al Walid. Sungguh orang-orang sudah banyak yang menuntutnya”. Maka aku sengaja menanti ‘Utsman hingga dia keluar untuk shalat lalu aku katakan kepadanya; “Aku punya keperluan dengan anda yaitu nasehat untukmu”. ‘Utsman berkata; “Wahai laki-laki”. {Ma’mar} berkata; “Aku kira dia berkata; “Aku berlindung kepada Allah dari kamu”. Maka aku beranjak darinya dan pergi menemui mereka. Sesaat kemudian utusan ‘Utsman datang, maka aku menemui {‘Utsman} lalu dia bertanya; “Apa nasehat kamu tadi?”. Aku katakan; “Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah mengutus Muhammad saw. dengan benar dan telah menurunkan Kitab (Al Qur’an) dan kamu termasuk orang yang menyambut seruan Allah dan rasul-Nya saw. dan kamu sudah berhijrah dua kali dan telah mendampingi Rasulullah saw. serta kamu juga telah melihat petunjuknya. Sungguh banyak orang telah membicarakan persoalan Al Walid”. ‘Utsman bertanya; “Apakah kamu pernah bertemu dengan Rasulullah saw.?”. Aku jawab; “Tidak. Akan tetapi ilmu beliau telah sampai kepadaku sebagaimana sampai kepada gadis yang dipingit dalam bilik rumahnya”. Dia berkata; “Amma ba’du, Allah telah mengutus Muhammad saw. dengan benar dan aku adalah termasuk diantara orang yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Aku juga beriman dengan apa yang beliau bawa sebagai utusan dan aku juga telah berhijrah ke dua negeri hijrah sebagaimana yang tadi kamu katakan dan aku juga telah mendampigi Rasulullah saw. dan berbai’at kepada beliau. Demi Allah, aku tidak pernah membantah dan menipu beliau hingga Allah ‘azza wajalla mewafatkan beliau. Kemudian Abu Bakr menjadi khalifah lalu ‘Umar, kemudian aku diangkat menjadi khalifah. Apakah aku tidak puya hak sebagaimana mereka memilikinya?”. Aku kataka; “Ya, anda punya hak”. Dia berkata; “Lalu apa maksud pembicaraan kalian yang telah sampai kepadaku. Adapun persoalan Al Walid, kami akan menegakkan urusannya dengan hak, insya Alah”. Kemudian ‘Utsman memanggil ‘Ali lalu memerintahkanya agar mencambuk Al Walid”. Maka ‘Ali mencambuknya sebanyak delapan puluh kali”.
Telah bercerita kepadaku {Muhammad bin Hatim bin Bazi’} telah bercerita kepada kami {Syadzan} telah bercerita kepada kami {‘Abdul ‘Aziz bin Abu Salamah Al Majisyun} dari {‘Ubaidullah} dari {Nafi’} dari {Ibnu ‘Umar ra.ma} berkata; “Kami hidup di zaman Nabi saw. dan kami tidak membandingkan seorangpun terhadap Abu Bakr lalu ‘Umar kemudian ‘Utsman. Setelah itu kami meninggalkan para shahabat Nabi saw. dan kami tidak mengutamakan seorang diantara mereka”. Hadits ini dikuatkan jalur perwainya oleh {Ibn Shalih} dari {‘Abdul ‘Aziz}.
Telah bercerita kepada kami {Musa bin Isma’il} telah bercerita kepada kami {Abu ‘Awanah} telah bercerita kepada kami {‘Utsman. Dia adalah Ibnu Mawhab} berkata; “Ada seorang laki-laki dari penduduk Mesir menuaikan ‘ibadah hajji lalu melihat sekumpulan orang sedang duduk bernajelis lalu bertanya; “Siapakah kaum itu?”. Orang-orang menjawab; “Mereka adalah suku Quraisy”. Orang Mesir itu bertanya lagi; “Siapakah sesepuh mereka?”. Mereka menjawab; ” {‘Abdullah bin ‘Umar} “. Orang itu berkata; “Wahai Ibnu ‘Umar, aku bertanya kepadamu tentang sesuatu maka itu jelaskanlah kepadaku; “Apakah kamu tahu bahwa ‘Utsman lari dari perag Uhud?”. Dia (Ibnu ‘Umar) menjawab; “Ya”. Orang itu bertanya lagi; “Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut perang Badar?”. Dia (Ibnu ‘Umar) menjawab; “Ya”. Orang itu bertanya lagi; “Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut Bai’atur Ridhwan?”. Dia (Ibnu ‘Umar) menjawab; “Ya”. Orang itu berkata; “Allahu Akbar”. Ibnu ‘Umar berkata; “Kamari, aku jelaskan semuanya kepadamu. Kaburnya ‘Utsman dalam perang Uhud, sungguh aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Sedangkan tidak ikutnya dia pada perang Badar, saat itu dia sedang merawat putri Rasulullah saw. yang sedang sakit dan telah Rasulullah saw. katakan kepadanya: “Kamu mendapat pahala dan andil sebagaimana mereka yang ikut perang Badar”. Sedangkan ketika dia tidak hadir saat Bai’atur Ridhwan, sungguh seandainya ada orang lain di kota Makkah yang lebih mulia dari ‘Utsman tentu beliau saw. mengutusnya menggantikan posisinya. Namun Rasulullah saw. mengutus ‘Utsman. Apalagi kejadian Bai’atur Ridhwan justru terjadi setelah ‘Utsman berangkat menuju Makkah yang ketika itu Rasulullah saw. bersabda dengan membuka telapak tangan kanannya: “Ini tangan ‘Utsman” lalu beliau menggenggamkan telapak tagannya yang kanan ke telapak tangan kiri lalu bersabda: “Ini untuk ‘Utsman”. Kemudian Ibnu ‘Umar berkata kepada orang itu; “Sekarang pergilah kamu dengan membawa penjelasan tadi”.